Mohon tunggu...
Dwi Indah Fatmawati
Dwi Indah Fatmawati Mohon Tunggu... Guru - just me

Just an ordinary human

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Relevansi Kebaya dan Peringatan Hari Kartini

21 April 2022   04:43 Diperbarui: 21 April 2022   04:59 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semenjak saya sekolah dulu, setiap kali peringatan hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April tiap tahunnya, anak-anak sekolah akan memakai kebaya ataupun berbagai pakaian adat. Bukannya saya tidak cinta dengan pakaian adat atau pakaian budaya, tetapi kadang kala saya juga mempertanyakan apakah relevansi dari mengenakan kebaya atau pakaian adat dengan peringatan hari Kartini ?

Bukankah yang seharusnya banyak diteladani adalah sikap-sikap dan pemikiran beliau yang menginginkan kesetaraan bagi kaum perempuan. Jika hanya dengan mengenakan kebaya, apakah sudah cukup untuk memperingatinya? Saya rasa tidak demikian. Seharusnya peringatan hari Kartini membelajarkan kepada anak-anak kita, bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam kehidupan dan saling menghormati mutlak diperlukan demi terciptanya kesetaraan gender yang sehat antara pria dan wanita.

Masing-masing gender harus memiliki visi yang sama tentang apa dan bagaimana emansipasi wanita diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan dengan dalih emansipasi, laki-laki kemudian menyerahkan semua pekerjaan kepada perempuan. Jika kita tengok ke kehidupan sekitar kita, banyak sekali wanita-wanita hebat nan kuat yang harus berjuang seorang diri karena si lelaki abai akan kewajibannya sebagai suami. 

Istri yang bekerja memang harus mendapatkan ijin dari suami, namun bukan berarti suami akan bebas dari tanggung jawab ketika si istri membantunya untuk mencari nafkah. Betapa tinggi angka perceraian juga salah satunya disebabkan oleh ketidak seimbangan tanggung jawab dalam rumah tangga sehingga si istri harus menanggung semua pengeluaran dan kebutuhan dalam keluarga.

 Wanita juga tidak boleh berlaku semena-mena atas nama emansipasi. Ketika emansipasi memberikan ruang gerak yang leluasa untuk para wanita melakukan aktivitas maupun kegiatan yang diminati, kodrat sebagai wanita juga tidak boleh dilupakan apalagi jika sudah menjadi istri atau ibu. 

Pembicaraan tentang tugas dan kewajiban suami harus dilakukan agar mendapat persepsi yang sama tentang sebesar apa emansipasi wanita bisa dilakukan. Jangan karena ingin mengejar karir atau kesuksesan pribadi hingga melupakan keluarga.

Meskipun di saat sekarang ini wanita sudah banyak mendapatkan persamaan hak, namun masih banyak pula yang menganggap emansipasi wanita adalah sebuah hal yang tidak terlalu penting. Ungkapan-ungkapan seperti , "Sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya ngasuh anak juga" atau "Perempuan harus nurut dengan laki-laki" masih banyak diucapkan di kalangan masyarakat luas bahkan sesama wanita.

Pada peringatan hari Kartini tahun 2022 ini, saya mengharapkan sebuah perayaan yang tidak hanya bersifat seremonial dan mengenakan kebaya atau pakaian adat tapi sebuah momentum untuk memperbarui dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan kita dalam rangka mewujudkan cita-cita emansipasi Kartini. 

Semoga para perempuan dapat berdaya dan berkreasi tanpa melupakan kodrat kewanitaannya dan tidak ada lagi sesama perempuan yang saling menjatuhkan karakter hanya karena merasa iri terhadap pencapaian wanita lain. Salam Emansipasi!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun