Mohon tunggu...
Dwi Indah Fatmawati
Dwi Indah Fatmawati Mohon Tunggu... Guru - just me

Just an ordinary human

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mudik dan Flexing?

16 April 2022   07:38 Diperbarui: 16 April 2022   07:46 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Beberapa saat lagi kita akan menyambut hari raya Idul Fitri. Sudah menjadi hal yang umum bahwa pada hari lebaran Idul Fitri, banyak sekali orang-orang yang "mudik" alias pulang kampung. 

Orang-orang yang tadinya bekerja, bersekolah atu mempunyai usaha di daerah lain akan kembali ke kampung halaman mereka untuk merayakan hari lebaran Idul Fitri, berkumpul dengan sanak keluarga dan handai tolan.

Momen mudik memang biasanya digunakan untuk acara kumpul-kumpul dan silaturahmi. Tentu saja orang yang melakukan kegiatan mudik ingin memberikan kesan dan cerita yang baik bagi keluarga dan teman-temannya di kampung. Salah satunya adalah dengan menceritakan kesuksesan, dan perolehan mereka ketika berada di perantauan. 

Tolak ukur paling mudah dari kesuksesan seseorang adalah dengan memperlihatkan harta dan kekayaan, mobil, motor, pakaian, telepon genggam dan barang-barang lain yang dianggap mewah.

Selain menimbulkan kebanggaan bagi si pemudik, keluarga yang di kampung juga turut berbangga dengan pemudik yang sukses di perantauan, oleh karena itu biasanya orang-orang yang belum mendapat kesuksesan di perantauan akan memilih untuk tidak mudik atau mudik di waktu-waktu selain lebaran untuk menghindari pandangan dan omongan-omongan keluarga serta tetangga jika mereka belum dapat menunjukkan hasil atau kesuksesan mereka selama di perantauan.

Sebenarnya budaya flexing ini ada dampak positifnya juga. Orang yang merantau akan menjadi termotivasi untuk mendapatkan kesuksesan sehingga ketika mereka kembali ke kampung halaman mereka dapat memamerkan kesuksesan mereka melalui harta kekayaan yang didapatkannya selama merantau. 

Jika kita lihat kampung-kampung yang warganya bekerja menjadi TKI atau TKW di luar negeri, rumah mewah lengkap dengan mobil berjejer-jejer bak istana menjadi pemandangan yang lumrah di kampung tersebut. Motivasi ini akan membuat orang bekerja dengan giat agar dapat mengumpulkan dan membangun rumah sehingga dianggap sebagai seorang yang sukses.

Namun demikian, tidak semua orang dapat dengan mudah menggapai kesuksesan. Kesenjangan yang terjadi akan menjadikan sebuah masalah sosial baru seperti iri, dengki serta menurunnya harga diri dan menjadi tidak percaya diri untuk berkumpul dengan keluarga dan saudara. 

Ditambah lagi kebiasaan warga kita untuk membanding-bandingkan satu orang dengan orang lainnya dengan ukuran harta dan kemewahan sebagai alatnya.

Si pemudik sederhana belum tentu tidak sukses, mungkin saja mereka memilih untuk lebih sederhana agar tidak menimbulkan kesenjangan, demikian pula si pemudik yang pulang menggunakan mobil mewah. Bisa saja mobilnya hanya sewa dan lain sebagainya. Mereka menghalalkan segala cara agar tidak malu ketika pulang kampung dan dapat dianggap sukses selama di perantauan.

Flexing seperti inilah yang sebenarnya perlu dihindari, karena hal tersebut akan membuat si pelaku menderita sendiri. Belum sukses mungkin memang sedikit memalukan, tapi bukan berarti hal itu hina, justru flexing dengan cara menyewa dan membuat cerita bohong akan membuat dirinya menderita sendiri suatu saat kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun