Mohon tunggu...
Dwi Kurniati
Dwi Kurniati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berakhlak, Berilmu, Berprestasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nilai Kebhinekaan di Tengah Padatnya Ormas Beragama Islam di Desa Tumang Cepogo

25 Mei 2021   22:28 Diperbarui: 25 Mei 2021   22:42 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Dwi Kurniati

Desa Cepogo merupakan salah satu desa di lereng gunung Merbabu. Dilansir dari situs resmi desa Cepogo, keberadaan desa Cepogo tidak bisa terlepas dari adanya dukuh Tumang sebagai pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Nama desa Tumang, lebih terkenal baik itu dikancah domestik maupun mancanegara. Terdapat dua sejarah mengenai asal-usul dari nama Tumang, yaitu: pertama berasal dari kata kemamang, kemamamg merupakan nama hantu yang konon ceritanya berupa cahaya dari pohon randu alas. Dan kedua berasal dari kata tumang itu sendiri, Tumang berarti bibir tungku yang digunakan untuk melakukan upacara ngaben atau pembakaran mayat pada masa sebelum Mataram Islam.

Tumang sudah mulai dikenal sebagai sentra industri kerajinan logam sejak kedatangan Raja Paku Buwono X pada tahun 1930-an, pada masa itu aktivitas pembuatan kerjinan tembaga sudah mulai digeluti oleh warga Tumang, bahkan Raja Paku Buwono X menitahkan untuk melanjutkan aktivitas tersebut sebagai mata pencaharian warga setempat. Titah Raja Paku Buwono ini masih dilaksanakan oleh warga Tumang hingga saat ini yang menjadikan desa Tumang terkenal sebagai sentra kerajinan logam hingga melakukan ekspor ke beberapa negara. Tentunya industri kerajinan logam ini telah berkembang pesat dengan berbagai bahan mentah dan juga hasilnya yang lebih beragam.

Beralih dari nama besar Tumang sebagai penghasil kerajinan logam, pada artikel ini akan dibahas mengenai sudut pandang lain desa Tumang sebagai 'Desa metropolitan' kecamatan Cepogo. Desa Tumang merupakan desa terpadat di kecamatan Cepogo dengan luas wilayah seluas 3.950.900 Hektar yang dihuni oleh sebanyak 2.215 KK. Dengan kepadatan penduduk tersebut, tentunya fenomena keberagaman yang tumbuh di lingkungan masyarakatnya tidak dapat dihindari. Salah satu fenomena yang muncul secara menonjol yaitu mengenai keberadaan Ormas (Organisasi Masyarakat) Islam. Setidaknya terdapat lebih dari lima Ormas islam yang cukup berkembang, diantaranya yaitu NU, Muhammadiyah, MTA, Salafi, LDII, Al-Furqon, Jamaah Tabligh, Jamaah Salawat Adzom, Al-Madinah. Selain Ormas yang telah disebutkan, di desa Tumang juga terdapat beberapa aliran kejawen dan juga masih dilakukan beberapa tradisi, seperti tradisi sadranan sebagainya. Padatnya Ormas beragama yang berkembang di desa Tumang tidak menghambat persatuan, tetapi hal ini dijadikan sebagai suatu cambuk bagi umas Islam disana untuk selalu memperkuat Ukhuwah Islamiyah. 

Dalam kehidupan bermasyarakat, segala macam perbedaan pasti akan hadir didalamnya, terutama pada satu wilayah kecil dengan tingkat kepadatan Ormas beragama yang tinggi. Hal ini juga pastinya berlaku untuk desa Tumang, tapi yang harus dijadikan sorotan adalah bagaimana desa Tumang tetap bisa berjalan dengan mengedepankan persatuan dan toleransi antar warganya. Fenomena ini sangat menarik untuk dikaji, terutama untuk wilayah Kecamatan Cepogo yang biasanya bersifat homogen pada satu atau dua Ormas beragama saja dalam satu lingkup wilayah desa.

Peran pemimpin baik itu pemimpin otoritas desa ataupun pemimpin Ormas pastinya sangatlah dibutuhkan dalam membentuk persatuan dalam keberagaman. Pemimpin pemerintahan setempat memiliki peran sebagai pengawal dan pemantau bagi semua Ormas beragama di wilayah Tumang, pemerintah setempat sangat suportif dalam segala kegiatan Ormas yang bersifat positif dan menumbuhkan persatuan. Sedangkan peran pemimpin Ormas yaitu sebagai pengontrol bagi jamaahnya untuk senantiasa memegang prinsip persatuan. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan salah satu pemimpin Ormas yang bertempat di desa Tumang, "Saya sebagai orang luar desa sangat terkesan dengan kemajemukan yang ada di desa Tumang ini, kegiatan Ormas yang sifatnya positif selalu diterima dengan baik, bahkan pemerintah desa sangat suportif. Agar persatuan Ormas beragama ini tetap terjaga, pemerintah Desa Tumang menyediakan forum diskusi antar Ormas beragama yang bertempat di Masjid At-Taqwa. Ukhuwah Islamiyah disini masih terjaga dengan baik, warganya sangat toleran" terang bapak Suwarno.  Peran dari semua pihak di desa Tumang mendorong terciptanya lingkungan yang kondusif, toleran serta terjaga persatuannya.

Inilah salah satu kemajemukan desa Tumang jika ditinjau dari kacamata keberagaman Ormas beragama Islam. Melalui artikel ini diharapkan akan lebih banyak lagi wilayah yang lebih toleran dan mendukung pengimplementasian nilai Kebhinekaan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun