Banyak yang berpendapat bahwa keturunan (hereditas) hampir sama artinya dengan nasib atau takdir. Karakteristik yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dianggap tidak bisa dirubah. Pernyataan-pernyataan seperti, "Memang sudah keturunan; engkau tidak bisa berbuat apa-apa lagi." Hal tersebut mengungkapkan betapa sia-sianya kita berjuang.
Seorang anak yang mewarisi berbagai penyakit degeneratif seperti rabun jauh dan alergi bronkial yang parah ternyata dengan usahanya yang keras bisa menjadi presiden Amerika Serikat. Dialah Theodore Roosevelt Presiden Amerika Serikat yang ke-26.
Theodore Roosevelt atau biasa dipanggil T.R. adalah anak kedua dari empat bersaudara. Enam generasi Roosevelt yang datang dari negeri Belanda mewarisi berbagai penyakit degeneratif. Sejak dilahirkan, T.R. sudah mengalami serangan penyakit asma bronkial yang disebabkan pembengkakan selaput lendir dengan sekresi akut, sehingga saluran pernafasannya terganggu.
Selama masa kanak-kanak, serangan asma tersebut terjadi dengan interval yang tinggi. Dia sering tiba-tiba terbangun dari tidur dengan terengah-engah, sesak napas, dan wajahnya pucat kebiruan. Erangan-erangan halus pun sering menemani hari-harinya. Ternyata asma T.R. berlanjut hingga dia remaja, bahkan disertai dengan diare. Hal ini menunjukkan bahwa saluran ususnya juga sensitif terhadap alergi.
Pada tahun 1869, ayah T.R. melakukan perjalanan ke luar negeri dan berharap jika perubahan iklim di negara lain dapat mengurangi penderitaan anaknya. Mereka mengunjungi Prancis, Italia, Austria, dan Jerman yang memiliki tekanan udara lebih rendah dengan debu dan serbuk sari yang kadarnya lebih aman dibanding di negara asal mereka. Mereka juga mengunjungi Mesir. Disana T.R. dibawa ke sebuah kawasan spa untuk terapi.
Alergi pernafasan dan gangguan pencernaan yang dialami T.R. menghambat perkembangan fisiknya. Fisiknya tampak pucat, kerempeng, dan kecil untuk anak seusianya. T.R. kecil dikenal sebagai anak penyakitan yang prestasi sekolahnya terganggu.
Pada saat dia berusia 11 tahun, ayahnya memberi nasehat yang luar biasa, "T.R., percuma saja engkau belajar keras kalau tubuhmu rapuh. "Kendaraan pribadimu" yang lemah itu tak akan pernah bisa membawamu ke masa depan yang engkau impikan lewat sekolah."
Selain memberikan nasehat, ayah T.R juga mendorong anaknya membangun tubuhnya dengan latihan yang sistematis. Dia membuat gymnasium pribadi di teras rumahnya. Di bawah arahan instruktur khusus, T.R. dilatih dengan penuh kesabaran. Dia dilatih mengangkat beban, push-up, dan latihan kelenturan. Bentuk dadanya yang sempit perlahan-lahan berubah menjadi berotot dan bidang.
Tetapi, kelemahan lain kemudian datang. T.R. mengalami rabun jauh ekstrem. Pandangannya hanya bisa dipakai untuk membaca dan menulis jarak dekat. Di kejauhan, ia hanya bisa melihat garis samar-samar. Cacat matanya baru diketahui ayahnya saat dia mengajarkan menembak pada saat usia T.R. 13 tahun. T.R. sama sekali tidak bisa membidik sasaran yang jauh.
Berkat kerjakerasnya berolahraga secara intens, perlahan-lahan kondisi fisiknya menjadi lebih baik. Gejala penyakit degeneratif yang diturunkan keluarganya lambat laun berkurang. Selanjutnya, dia diterima bersekolah di Harvard. Setelah itu dia melanjutkan untuk belajar hukum di Columbia Law School. Dia terpilih sebagai anggota Majelis Negara Bagian New York dan terpilih sebagai Gubernur New York State pada November 1898. Ditahun berikutnya, dia terpilih sebagai wakil presiden Amerika Serikat.