Masyarakat Ideal Dalam Aspek Ekonomi
Sumber : https://pixabay.com/images/id-5131429/
Konsep masyarakat Ideal yang sering diterjemahkan sebagai “civil society” telah menjadi topik perbincangan luas, yang kadang-kadang memiliki makna beraneka ragam tergantung dari motivasi dan minat para rakyat. Perbincangan tentang “civil society” di Indonesia yang secara tandas dilakukan dalam kerangka reformasi total, memiliki konotasi yang berbeda secara signifikan dengan konsep “civil society” dalam ilmu sosial.
Tujuan civil society bukanlah “kesatuan sosial dalam kebersamaan” tetapi “kesatuan sosial dalam kebebasan”. Maka bukan kebebasan kolektif, melainkan pengakuan pribadi atas kebebasan satu sama lain yang akan menjadikan masyarakat. Civil Society melebihi masyarakat ekonomi yang mekanismenya ditentukan oleh perbedaan dan persaingan individu, sehingga bisa mengakibatkan lumernya sosialisasi masyarakat dalam”individu yang menang dan berkuasa”. Dia juga melebihi masyarakat politis, yang mekanismenya ditentukan oleh penyeragaman dan pemaksaan bahkan dengan kekerasan, sehingga bisa menganulir individu di dalam kebersamaan.
Dapat disimpulkan bahwa Civil society bertujuan agar warga negara dapat menemukan kebebasan pribadi sebagai identitasnya dalam perbedaan dengan lainnya, tanpa persaingan yang mematikan sosialitas dan penyeragaman yang mematikan individu. Civil society adalah jaringan kelompok-kelompok masyarakat yang mandiri dan terbebas dari negara, tetapi mempunyai pengaruh pada politik. Civil society hanya akan ada jika masyarakat dapat menstrukturisasikan diri lewat kelompok-kelompoknya dan dapat menentukan sendiri tindakannya, terlepas dari negara. Lebih lanjut kelompok-kelompok itu dapat ikut menentukan proses politik negara. Kekuasaan negara harus terbuka untuk mendengar masyarakat, sementara masyarakat memang tidak sendiri menentukan kekuasaannya.
Dari sumber jurnal yang sudah saya bacakan bahwa Dudley Seers dalam Economics of Developing Countries mengingatkan jika masalah pengangguran, ketimpangan, kemiskinan, skil tenaga kerja, dan penguasaan teknologi tidak menjadi lebih baik, berarti telah terjadi lopsided economy di mana pertumbuhan ekonomi tinggi tetapi diikuti oleh indeks sosial yang lemah (Nafziger, 1997).
Perekonomian Indonesia terjebak pada fenomena lopsided-economy, di mana pertumbuhan ekonomi tinggi diikuti oleh ketimpangan tinggi, tingkat pengangguran tinggi terutama pengangguran terselubung, bertambahnya beban utang luar negeri. Ketimpangan yang terjadi mencakup ketimpangan sosial, regional, dan struktural dalam kadar yang serius. Hal ini membuktikan adanya ketidakberesan selama proses pembangunan ekonomi terjadi Ambisi pemerintah untuk mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi, memaksa lahirnya berbagai industri prematur yang tidak terkait dengan ‘resources base’ ekonomi Indonesia.
Pembangunan ekonomi memang dicirikan oleh bergesernya dominasi sektor pertanian oleh sektor industri. Dalam proses pergeseran itu harus terjadi peningkatan skill tenaga kerja dan SDM secara menyeluruh, peningkatan penguasaan teknologi, dan perubahan pola pikir ke arah produktivitas tinggi. Jika semua ini tidak dapat atau lambat menyesuaikan akan terjadi gap antara pertumbuhan ekonomi dengan perkembangan tatanan pendidikan, sosial, budaya masyarakat yang akan berdampak buruk terhadap pembangunan itu sendiri.
Maka dari itu, Bagaimanakah masyarakat ideal dalam aspek ekonomi di Indonesia ? Menurut sumber yang sudah saya baca melalui beberapa jurnal, Masih banyaknya konflik yang terjadi di Indonesia mengenai seberapa mengetahuinya tingkat ekonomi di Indonesia. Selain itu juga, banyak terjadi kasus - kasus yang terjadi pada saat Indonesia terkena virus Covid-19, Ketika itu pertumbuhan ekonomi terganggu yang tentu saja akan berdampak pada pertumbuhan sektor perekonomian yang lain. Contoh kasus yang hangat kita rasakan saat ini. Kasus masker akibat pandemic korona. Karena virus Covid-19 harga makin melambung tinggi. Masyarakat juga rela berdesak-desakan membeli masker, sekalipun dengan harga yang sangat tinggi. Pihak penjual pun memanfaatkan momen ini untuk meraup keuntungan tiga bahkan empat kali lipat dari hari biasa. Sedangkan dari pihak pabrik, tidak bisa memproduksi masker dengan permintaan sangat tinggi dalam waktu singkat. Alasannya tentu saja dari segi operator karyawan, tingginya permintaan masker 10 kali lipat lebih banyak, didukung dengan pembelian bahan pokok untuk memproduksi masker. Skala lebih kompleks lagi, permasalahan ekonomi makro tentu saja akan mengganggu kelangsungan bisnis pemula maupun pelaku bisnis lama. Selain itu, banyak konflik ekonomi lainnya di Indonesia yang masih maraknya yakni tingkat tingginya pengangguran di Indonesia pada masa sekarang.
Dapat kita telusuri pula lebih lanjut bahwa di Indonesia juga masih berkurangnya rasa kesadaran dan keadilan bagi seluruh masyarakat di Indonesia, seperti halnya pengangguran, kasus korupsi, kemiskinan, kenaikan bahan pangan dan lain sebagainya. Ditambah lagi dengan tingkat tingginya pengangguran, Menurut proyeksi Core Indonesia penambahan jumlah pengangguran terbuka yang signifikan bukan hanya disebabkan oleh perlambatan laju pertumbuhan ekonomi, melainkan disebabkan oleh perubahan perilaku masyarakat terkait pandemic Covid-19 dan kebijakan pembatasan sosial, baik dalam skala kecil maupun skala besar.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak dikenal sebelum terjadi wabah di wuhan, tiongkok, bulan desember 2019. Dengan banyaknya kasus ekonomi di Indonesia, kita semua memang sangat membutuhkan, karena setiap kelompok tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Setiap etnis membutuhkan etnis lainnya. Maka tidak mengherankan ketika ekonomi dunia bergejolak maka berimbas kepada perekonomian bangsa kita. Persoalan kredit macet di bidang perumahan yang terjadi di Amerika telah memberikan efek yang luar biasa bagi perekonomian dunia secara global. Artinya gejolak ekonomi pada sebuah negara akan memberikan pengaruh bagi negara lainnya. Oleh sebab itu, dampak yang terjadi masyarakat mengalami kesulitan dalam menjalankan konsep masyarakat ideal.