Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu tokoh pendidikan yang memainkan peran penting dalam mengubah arah pendidikan yang ada di Indonesia. Berbagai upaya telah beliau lakukan guna mewujudkan cita-cita pendidikan Indonesia, dimana semua warga masyarakat Indonesia bisa menikmati pendidikan yang adil. Ada beberapa hal terkait dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang bisa kita jadikan sebagai renungan. Hal inilah nantinya yang akan menjadi pertimbangan bagi para guru guna merancang modul pembelajaran bagi para peserta didik.Â
Dalam praktik penerapan di Indonesia, Ki Hajar Dewantara pada masanya menyampaikan bahwa pendidikan seharusnya bisa memerdekakan para peserta didik dalam proses belajar. Para peserta didik seharusnya bisa menikmati pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Dalam praktiknya, pendidikan tidak bisa berdiri sendiri.Â
Pendidikan berjalan beriringan dengan kebudayaan guna membentuk peradaban yang diimpi-impikan. Guru tidak hanya mengajar materi di kelas tapi juga mengajarkan kebudayaan kepada para peserta didik. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dan kebudayaan seharusnya tidak statis. Kedua hal ini harus mampu mengikuti perkembangan dan perubahan zaman yang ada. Karena pada dasarnya, perubahan merupakan suatu hal yang kekal dan pasti akan terjadi.Â
Kebudayaan selanjutnya beliau katakan bahwa memiliki berbagai banyak perbedaan, perbedaan ini lah yang nantinya harus bisa digunakan untuk saling menguatkan dalam praktik pendidikan. Keberagaman peserta didik seharusnya tidak menjadi penghalang dalam proses pembelajaran, melainkan menjadi pendukung guna perbaikan pendidikan. Ada beberapa poin dari filosofi Ki Hajar Dewantara yang berpengaruh kepada pembentukan budaya yang terkait dengan pendidikan pada suatu komunitas.
Pertama kodrat. Kodrat dibagi menjadi dua yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam bermakna bahwa kebudayaan dalam suatu komunitas bergantung pada dimana komunitas itu berada, sedangkan kodrat jaman bermakna bahwa kebudayaan akan dipengaruhi dengan kapan suatu masa itu berlangsung, maksudnya adalah tujuan pendidikan zaman kolonial tentunya memiliki tantangan yang berbeda dengan zaman sekarang, karena adanya perubahan zaman contohnya masa kini yang sudah berbasis teknologi.
Kedua, adanya tiga prinsip perubahan yang harus dipenuhi yaitu kontinuitas, konvergensi, dan konsentris. Kontinuitas bermakna bahwa perubahan kebudayaan harus tetap memandang balik kepada sejarah, harus ada dialog kritis tentang sejarah sehingga dalam perubahaannya, jati diri atau esensi dari tujuan kebudayaan tersebut tidak hilang.Â
Prinsip selanjutnya yaitu konvergensi. Hal ini bermakna bahwa segala bentuk perubahan dalam kebudayaan dan pendidikan harus menuju kepada titik kemanusiaan yaitu memanusiakan manusia. Yang terakhir yaitu konsentris. Konsentris menitik beratkan poin pada proses menghargai keberagaman yang ada. Maka dalam proses praktiknya, perubahan kebudayaan tidak boleh mengikat suatu karakteristik tertentu,, tapi harus bisa merangkul tiap-tiap perbedaan yang ada.
Filosofi pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara tentunya mengharapkan adanya perbaikan dalam proses pembelajaran guna mencapai keberadaban yang dicita-citakan. Filosofi ini jugalah yang menjadi dasar dari praktik pendidikan saat ini. Kemerdekaan belajar bagi para peserta didik merupakan harapan dari penerapan pendidikan berbasis kurikulum merdeka yang sedang berlangsung. Ada banyak perbedaan yang terjadi pada masa dulu dan sekarang.Â
Pada masa dulu baik guru maupun murid terbelenggu oleh pendidikan yang berlaku, sedangkan dimasa sekarang, berbagai upaya untuk memerdekakan guru dan peserta didik telah dilakukan. Salah satu diantaranya penerapan kurikulum merdeka. Pada kurikulum merdeka, ada banyak variasi dalam proses pembelajaran.Â
Kegiatan dan aktifitas pembelajaran dirancang secara beragam sehingga kemonotonan pembelajaran yang ditemukan pada masa lalu, berangsur diubah pada masa kini. Selain itu, dikarenakan berpusat kepada peserta didik, maka proses pembelajaran saat ini ditargetkan untuk memenuhi kebutuhan siswa tanpa melepas dasarnya yaitu membentuk profil pelajar pancasila.Â
Pendidikan dulu dan jaman sekarang tentunya memiliki tujuan yang sama apabila berkaca dari filosofi yang dikemukan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu melepaskan belenggu yang ada dalam dunia pendidikan guna menciptakan peradaban yang  diidam-idamkan, namun adanya perbedaan antara jaman dulu dan jaman sekarang, memberikan tantangan yang berbeda pula. Guru sebagai agen yang berperan penting dalam hal ini harus mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada, guna mencapai cita-cita pendidikan yang diharapkan.