Mohon tunggu...
Dwi Retno Arum Fitria
Dwi Retno Arum Fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

holaaa perkenalkan saya mahasiswa sosiologi yang sangat suka mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Mengenal Teori Konflik Lewis A. Closer"

29 Oktober 2023   14:46 Diperbarui: 29 Oktober 2023   14:49 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
*Dokpri: kegiatan TPA gabungan

Lewis A Closer atau Lewis Alfred Coser lahir pada 27 November 1913 merupakan salah satu tokoh sosiolog moderen, Closer pernah mengajar di Universitas Chicago dan Brandeis dan disinilah Closer banyak berkecimpung dalam sosiologi. Pemikirannya Closer fokus pada teori konflik moderen, teori konflik moden lebih bersifat kompleks dan muncul sebagai kritikan atas teori fungsionalisme structural jika dibandingkan dengan teori konflik klasik yang cenderung memandang konflik ditinjau dari segi sifat alami manusia yang cederung saling memusuhi dan saling menguasai terutama dalam hal kekuasaan.

Secara umum teori konflik merupakan beberapa atau sekumpulan teori yang menjelaskan tentang peranan konflik, terutama antara kelompok-kelompok dan kelas-kelas dalam kehidupan sosial masyarakat, kemudian menurut Lewis Closer teori konflik adalah suatu konflik dapat menjadi proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Menurutnya dengan adanya konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya.

Saya mengenal teori konflik Closer dari jurnal AL-HIKMAH Vol 3 Nomor 1 yang terbit pada Januari 2017 dengan judul "Teori Konflik Sosiologi Klasik Dan Moderen".  Di dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa Closer membagi konflik menjadi 2 yaitu konflik realistis dan konflik non-realistis, konflik realistis merupakan konflik yang digunakan sebagai suatu sarana pencapaian sesuatu yang diinginkan. Dengan demikian konflik realistik selalu diarahkan pada objek konflik yang sebenarnya. Konflik ini dapat berhenti ketika tujuan telah tercapai adapun metode manajemen konflik yang dapat digunakan dalam konflik ini adalah dialog, persuasi, musyawara, voting dan negosiasi.

Sedangkan konflik non-realistis merupakan konflik yang mengarah bukan pada objek konflik melainkan pada faktor-faktor penentu konflik dan juga tidak berorientasi pada hasil tertentu. Atau dengan kata lain tidak peduli pada penyelesaian perbedaan pendapat mengenai isu penyebab konflik. Yang penting adalah bagaimana mengalahkan lawannya. Metode menejemen konflik yang digunakan dalam konflik jenis ini adalah agresi, menggunakan kekuasaan, kekuatan dan paksaan. Coser merupakan tokoh yang mencoba mempersatukan antara teori konflik dan teori fungsionalisme structural, dia sangat menentang para ahli sosiologi yang selalu melihat konflik hanya dalam pandangan negatif saja. Menurutnya suatu perbedaan yang memicu konflik merupakan peristiwa normal yang sebenarnya dapat memperkuat struktur sosial, dengan demikian Coser menolak pandangan bahwa ketiadaan konflik sebagai indikator dari kekuatan dan kestabilan suatu hubungan.

Saya merelevansikan tentang pengalan yang pernah saya alami menggunakan kerangka berfikir Closer diatas, saya tinggal didaerah pedesaan dimana tingkat interaksi antar sesama dan fanatisme organisasi yang cukup tinggi. Sekecil masalah apapun akan diketahui oleh semua kalangan daerah tempat tinggal saya, salah satunya tentang organisasi agama. Suatu ketika akan diadakan pembangunan masjid desa yang memang belum ada masjid ataupun mussola kemudian ada beberapa pihak khususnya masyarakat desa yang sudah memiliki masjid, mereka  kurang setuju dengan pembangunan tersebut karena ditakutkan akan memecah belah jamaah diamana jamaah yang sebelumnya akan berpindah ke masjid baru nantinya.

Perseteruan tersebut semakin memanas dimana ketika pembangunan masjid baru tersebut sudah selesai, pengurus masjid baru mengadakan kegiatan anak-anak atau TPA di masjid baru tersebut. Hal tersebut membuat berkurangnya santri (anak-anak TPA) dimasjid (lama) menjadi berkurang, kemudian pengurus mengadakan rapat antar dua pengurus masjid. Dalam rapat tersebut pengurus mengadakan musyawarah seputar bagaimana mengatasi semua permasalahan yang terjadi selama ini, kemudian mereka memperoleh beberapa hasil yang dirasa adil bagi kedua belah pihak. Setiap kegiatan yang bersifat sama akan dilakukan di tempat secara bergantian, seperti kegiatan pengajian rutinan akan dilakukan di masjid mereka secara bergantian, diadakannya TPA gabungan antar masjid dan sholat eid akan dilakukan ditempat yang bergantian pula disetiap tahunnya. Pada akhirnya semua sadar jika konflik yang terjadi diantara mereka selam ini adalah bagian dimana semunya mencoba untuk menuju pada suatu yang lebih baik dimana kekhawatiran mereka tentang kehilangan jamaah dan santri lama tergantikan dengan lebih banyak lagi jamaah san santri yang terus menerus bertambah karena kerukunan mereka.

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari pengalaman yang pernah saya alami diatas adalah kita harus sadar bahwa pada hakikatnya kehidupan social yang kompleks seperti itu pasti akan selalu memicu terjadinya berbagai konflik dan konflik-konflik yang terus bermunculan itu adalah sebuah hal alamiah yang sudah menjadi kodrat hidup bermasyarakat, namun kita tidak boleh selalu berangapan bahwa dari konflik tersebut akan berorientasi pada hal-hal buruk selama masih ada kesadaran kita untuk terus membenahi kesalahpahaman yang memicu konflik tersebut.

Bibliography

Tualeka, M. W. (2017). TEORI KONFLIK SOSIOLOGI KLASIK DAN MODERN. Jurnal Al-Hikmah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun