Masyarakat merupakan suatu sistem hidup bersama yang memunculkan kebudayaan dan keterikatan satu dengan lainnya, di mana berbagai pola tingkah laku yang khas menjadi pengikat satu kesatuan manusia dan bersifat berkelanjutan, Soerjono Soekanto dalam bukunya “Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi” Di Indonesia setiap kelompok masyarakat selalu identik dengan kebudayaan yang turun menurun. Kebudayaan tersebut menyatu yang kemudian melahirkan tradisi adat istiadat yang terus menerus dilakukan oleh anggota masyarakatnya sebagi bentuk pelestarian kearifan lokal lingkungan hidupnya.
Seperti fenomena yang sering saya rasakan dilingkungan tempat tinggal saya Desa Tegalmulyo, kecamatan Kemalang, kabupaten Klaten. Kenduri, kenduren atau yang sering juga disebut selamatan merupakan salah satu tradisi yang diadakan sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas terkabulnya doa-doa dan harapan mereka, ada berbagai jenis kenduren seperti kenduren pada acara mantenan baik sesudah maupun sebelum, lahiran, supitan, bahkan musim panen hasil tani dan memperingati hari-hari kematian seseorang seperti 7 harian , 40an dan 1000 harian. Kenduren sendiri dilakukan dengan cara menyajika beberapa tumpeng dan makanan lainnya juga ada dupa yang dibakar lalu ada doa-doa yang dibaca oleh orang yang memimpin kenduren tersebut.
Karena kenduren sangat sering dilakukan maka tidak heran jika kenduren menjadi kegiatan yang eksis berbagai kalangan masyarakat sekitar meskipun banyak juga yang sudah berhenti karena perbedaan persepsi tentang kenduren yang mulai beragam. Mereka yang terus melakukan mengangap bahwa kenduren boleh dan bakhan merupakan suatu kewajiban bagi mereka untuk menghormati leluhur dan perwujudan rasa syukur kepada tuhan dilihat dari berbagai doa yang diucapkan dan sebagainya. Kenduren juga memberi pengetahuan tersendiri bagi orang-orang yang mekaukannya seperti pengetahuan tentang kebudayaan leluhur kemudian bagaimana cara mereka menghormati dan guyub rukun dengan orang lain dilingkunagnya yang kemudian memicu adanya interaksi sosial.
Sedangkan mereka yang sudah berhenti atau tidak melakukan kenduren menggap bahwa “untuk apa dilakukan? hanya memuang waktu dan tenaga, lebih baik melakukan hal lainnya yang lebih bermanfaat” bahkan melangar nilai agama dan lainnya. Perbedaan pendapat tersebut merupakan hal yang wajar dalam kalangan dimasyarakat.
Yang menjadi pertanyaan apakah masyarakat zaman sekarang yang masih melakukan kegiatan tersebut benar mengetahui makna yang sebenarnya dalam kenduren atau hanya sekedar bentuk melanjutkan warisan dari nenek moyang karna jika mereka tidak melakukannya maka akan mendapat sanksi sosial dari keluarga maupun masyarakat disekitanrnya seperti digunjing dan sebagainya.
Kausus tersebut merupakan salah satu relevansi dari sosiologi pengetahuan dimana terdapat hubungan masyarakat dan pengetahuan, pengetahuan sendiri muncul tidak lepas dari berbagai faktor sosial yang melatarbelakanginya dan pengetahuan yang muncul dalam contoh diatas tentunya dipengaruhi oleh faktor sosial.
Sosiologi Pengetahuan diperkenalkan oleh Karl Mannheimm, Menurutnya sosiologi pengetahuan adalah bahwa ada cara berpikir yang tidak dapat dipahami secara memadai selama asal-usul sosialnya tidak jelas (Mannheim, 1954, p. 2). Artinya, sebuah pemikiran hanya dapat dipahami dengan baik jika faktor-faktor sosial yang terletak di balik lahirnya pemikiran tersebut dipahami dengan baik. Sebuah pernyataan atau konsep dapat saja memiliki redaksi yang sama tetapi dimaksudkan untuk makna yang berbeda hanya karena lahir dari latar sosial yang berbeda.
Karl Mannheimm atau Károly Manheim merupakan seorang sosiologi Hungaria yang lahir di Budapest 27 maret 1893, Ia menghabiskan kehidupan aktifnya di paruh pertama abad kedua puluh, pada tahun-tahun tergelap di Eropa Modern. Perang dunia, rezim totaliter, kamp konsentrasi, massa emigran, negara-negara yang membubarkan diri dan menghidupkan yang baru bahkan krisis ekonomi. walaupun lahir dan besar di Hungaria namun karier akademisnya ia dapat dari Jerman, Austria dan Inggris karena ibunya merupakan seorang Yahudi Jerman. Ia belajar di Universitas Budapest, Berlin, Paris dan Heidelberg, Mannheim juga pernah hadir pada perkuliahan Georg Simmel. Mannheimn mendapatkan gelar filsafat doctor nya di Universitas Budapest kemudian ke Heidelberg pada 1921, pada studinya di Heidelberg ia sering mengunjungi majelis Marianne Weber dimana anggota dari lingkaran ini pasti berdampak pada menggiring Mannheim ke sosiologi.
Tokoh paling berpengaruh yang menjadi landasan pemikiran Mannheim adalah Karl Marx. Keterlibatan awal Mannheim dengan kerangka analisis Marxian, menyatu dengan pengaruh Weber, Scheler, Husserl, Lederer, Lukacs dan lain-lain, memuncak dalam "sosiologi pengetahuan"-nya. Para “penganut” Mannheimis radikal menekankan bahwa semua aspek budaya dipengaruhi oleh kondisi sosial (Morley, 1969, p. 8). Dengan demikian, sosiologi pengetahuan mengkaji tentang hubungan antara masyarakat dengan pengetahuan.(Tamdgidi, 2002, p. 121).
Bibliography