Mohon tunggu...
Dwi Hari Astuti
Dwi Hari Astuti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa PLS UNNES 2020

Always be positive thinking

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Trauma (Part 3), Kejadian

17 November 2020   07:54 Diperbarui: 17 November 2020   08:08 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

PART III

            Yang terpenting saat itu aku harus mengabari temanku yang lagi mempersiapkan kado buat temenku yang ulang tahun. Saat aku mengabari mereka, tidak ada satupun yang percaya kalau aku sedang diposisi seperti itu. Hingga aku mengirim bukti agar aku mereka percaya, kemudian mereka segera datang ke lokasiku. Sebelum mereka datang, aku dan temanku yang jatuh di bawa ke rumah sakit terdekat saat itu. Diperjalanan temanku yang jatu denganku saat itu bertanya tanya, “ Kenapa bisa begini? Kita mau pergi kemana tadi? Terus ini kita mau dibawa kemana? Dia seperti orang linglung, dan aku mencoba menjelaskan secara perlahan atas kejadian yang baru saja menimpa. Namun dia masih belum paham.

            Sesampainya di RS aku langsung di periksa dan memang saat itu harus dilakukan operasi kecil pada pipiku. Aku bener-bener gatau harus bagaimana lagi, mau tidak mau aku harus di operasi dan pipiku harus di jait. Sebelum operasi kecil dilakuka, temanku yang aku kabari tadi  datang. Aku minta dia menemaniku saat itu, sempat tidak dibolehin oleh perawatnya, tapi aku berusaha dan meminta perawatnya agar ada temanku bisa menemani saat operasi. OK dan akhirnya dibolehkan oleh perawatnya.

            Aku memegang erat tangan temanku saat itu. Suntikan bius pertama pada pipiku dilakukan, aku semakin kuat memegang tangan temanku. Suntikan kedua dilakukan, Kemudian suntikan tiga dilakukan, aku semakin erat menggenggam tangan temanku dan dia mulai menangis hingga jongkok di samping tempat tidurku saat itu.

            Jarum jahit pertama di masukkan ke pipiku hingga jarum jahit yang kelima. Temanku tidak berhenti menangis saat itu. Apa lukaku terlalu parah hingga dia menangis seperti itu. Saat itupun aku juga menagis bukan merasakan sakitnya saat menjalani operasi, tetapi memikirkan bagaimana nanti kondisi pipiku setelah ada luka seperti ini apakah nanti bakal cacat?. Ketika dokter dan perawat sudah memberesi peralatannya aku sudah sedikit tenang.

            Oh iya aku lupa mengabari orang tuaku, sontak saat itu aku meminta tolong kepada temanku agar mengabari orang tuaku. Sembari mengingat kenapa pipiku bisa luka, dan aku ingat saat sebelum aku jatuh pipiku terbentur keras dengan helm yang dikenakan temanku yang ada di depankun saat itu.  Dan mungkin ada percikan kaca mobil didepanku yang mengenai pipiku saat itu. Tidak lama kemudian orang tuaku datang dan bertanya-tanya kenapa bisa sampai seperti ini. Mereka tidak memaksaku untuk menjawab, karna memang situasi saat itu sangat tidak memungkinkan untuk menjawab semua pertanyaannya. Lalu untuk tidak bersedih terlalu dalam, orangtuaku mengurusi kejadian itu bagaimana asal kejadiannya hingga selesai.

            Bagaimana dengan temanku yang jatuh denganku saat itu? Dia baik saja, tidak ada luka apapun di tubuhnya. Namun dia kaya mengalami amnesia sesaat karena dia tidak ingat apapun kejadian saat itu. Dan mengalami pusing sekali pada bagian kepalanya katanya, mungkin karena terjadi benturan di kepalanya.

            Semenjak kejadian itu..

Next part IV..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun