Mohon tunggu...
Dwi Agustini
Dwi Agustini Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu Rumah Tangga

I'm just ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semangat Pedagang Buah yang Buta

14 November 2019   17:51 Diperbarui: 14 November 2019   17:52 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Rabu pagi, saya diantar suami ke sebuah madrasah untuk menuntut ilmu bersama ibu-ibu yang lain. Sambil menunggu ibu-ibu yang piket membersihkan ruangan, saya melihat ada bapak penjual buah yang jalannya tertatih dan agak selebor. Saya pun menghampiri bapak tersebut dan bapak tersebut menepikan jualannya yang dipikul. "Bapak kenapa? Sakit?", tanya saya. Bapak penjual buah menjawab,"Enggak bu".

Saya bertanya harga pisang muli sambil menunjuk pisang yang ada di sebelah kanan. Kemudian, bapak tersebut meraba pisang muli yang saya maksud dan menyebutkan harganya. Masyaallah. Tiba-tiba air mata saya menetes. Saya baru sadar ternyata bapak tersebut buta. Bapak penjual buah memakai topi dan menunduk terus, jadi saya baru tahu kalau bapak tersebut buta.

Saya meminta maaf karena tadi menegur bapak yang jalannya sempoyangan karena takut keserempet mobil atau motor dan saya tidak tahu kalau bapak tersebut buta.

Karena penasaran dan ingin mendapat pelajaran dari bapak penjual buah, saya pun mencoba berbincang. Saya tanya kalau bapak jualan disini tiap hari? Punten, bapak berjalannya bagaimana? Apa masih terlihat?

"Alhamdulillah bu, Allah masih nangtayungan abdi (menolong saya). Da abdi mah kepala keluarga wajib miliarin nafkah. Mata abdi teh awalna katarak duanana kedah dioperasi tapi teu aya artos teras dokter nyarankeun sambil menunggu ada uang piwaran meser obat dikecer (ditetes ke mata) tapi awis. Tapi da sami teu aya artosna jadi weh kieu remeng remeng (samar samar)". Masyaallah. Jawaban yang kembali mengingatkan saya.

Saya sungguh malu kepada bapak penjual buah dengan kondisi mata yang diberikan kekurangan dalam penglihatan. Tapi, dia sangat yakin bahwa Allah melindungi dia. Tidak ada rasa takut karena ada Allah.

Saya percaya bahwa pertemuan saya dengan bapak penjual buah tersebut adalah ijin Allah supaya saya banyak bersyukur atas segala nikmat dan kemudahan yang Allah berikan. Jangan suka mengeluh, perbanyaklah bersyukur. Semoga Allah limpahkan nikmatnya kepada kita karena bersyukurnya kita.

Wallahu'alam bish showab

Oleh: Dwi A (muslimah Bandung Timur)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun