Mohon tunggu...
Dwi Agustini
Dwi Agustini Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu Rumah Tangga

I'm just ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pornografi Menjerat Anak Tetanggaku

2 November 2019   20:58 Diperbarui: 2 November 2019   21:33 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pornografi Menjerat Anak Tetanggaku
Oleh : Dwi A

Beberapa hari yang lalu ada kejadian yang membuat jantung saya berdegup kencang. Kejahatan akibat pornografi yang saya lihat di tv ternyata terjadi tak jauh dari tempat tinggal saya. Hanya berjarak satu rumah dari rumah orangtua saya.

Suara gaduh terdengar dari tetangga belakang rumah. Ternyata nenek sedang ngomel dan marah-marah. Saat saya tanyakan alasan nenek marah. Beliau bilang, "Ini cucu saya muntah-muntah gara-gara disuruh sama temen mainnya buat mencium (maaf) anus". Saya kaget!

Cucu nenek tersebut laki-laki dan masih berusia 9 tahun. Saya dan kakak saya beristighfar. Beliau berhasil memanggil beberapa anak yang melakukan hal tidak senonoh tersebut. 

Khawatir ini bukan kali pertama atau dulunya mereka merupakan korban, kami bertanya apa pernah melakukan tersebut ke temen atau anak yang umurnya dibawahnya. Dan, ya. Mereka menjawab pernah. Astagfirullahal'adziem.

Entah apa yang ada di benak anak-anak sd kelas 5 dan 6 itu. Kemudian nenek bergegas ke rumah pak RT untuk melaporkan kejadian tersebut. Pak RT pun memanggil orangtua dari anak-anak tersebut untuk menindak lanjuti kasus ini. Sungguh respon dari orangtua anak-anak tersebut diluar dugaan. 

Hampir semuanya acuh, padahal tidak ada satupun dari ibu-ibu tersebut bekerja di luar rumah.

Saya dan kakak saya mencoba membantu nenek untuk memberitahu kepada para ibu bahaya dari peristiwa tersebut dan trauma bagi yang mengalaminya. Bagaimana dampaknya dimasa depan bagi pelaku dan korban. Dan tentunya dosa bagi orangtua yang tidak memberitahu dan mengajarkan ilmu agama ada anak-anaknya. Tapi sekali lagi malah kakak saya dan saya yang diomeli. "Sok suci", "Cari muka", kata mereka pada saya dan kakak.

Astagfirullahal'adziem. Kalau bukan karena sayang pada tetangga. Kalau bukan karena Allah dan Rasul yang perintahkan untuk saling mengingatkan. Sungguh enggan saya ikut campur. Saya berusaha menahan berbagai rasa di dada.

Nenek pun merasa bingung karena dia merasa peristiwa yang menimpa cucunya adalah bahaya besar dan berdampak buruk kepada anak-anak, baik pelakunya maupun korban. Tapi kenapa ibu-ibu dari para pelaku bersikap masa bodoh dan cuek. 

Nenek merasa posisinya serba salah seperti makan buah simalakama, karena tidak ada solusi atas kejadian ini. Demi keamanan, nenek pun mengurung cucunya agar tidak main keluar rumah. Bukan solusi memang, tapi hanya itu yang bisa nenek lakukan.

Duh, semakin terasa betapa pornografi menyerang kita dari berbagai sisi. Semakin dekat bahayanya dengan kita. Tak bisa lagi kita bersikap cuek bebek kalau tak ingin fenomena yang semisal itu menimpa keluarga kita. Lindungi diri kita, keluarga kita dengan ikut menjaga lingkungan kita. Need a village to raise kids.

Wallahu'alam bish showab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun