Pernah nggak sih kalian merasa skincare yang kalian pakai nggak ngasih hasil sesuai dengan yang dijanjikan di iklan? Atau bahkan tidak menunjukkan perubahan sama sekali? Masyarakat akhir-akhir ini dikejutkan dengan pengungkapan overclaim oleh beberapa brand skincare yang mengatakan  mengandung bahan aktif tertentu, seperti "10 kali niacinamide." Padahal, kenyataannya klaim tersebut tidak terbukti.
Seorang dokter yang mengedukasi di platform TikTok dengan username  dokterdetektif. Dalam video-videonya, dokter tersebut membuat konten dengan menggunakan topeng sebagai personal branding untuk membahas brand skincare yang overclaim. Tapi, sebenarnya, apa sih overclaim itu? Menurut dia, "Overclaim itu termasuk penipuan." Jadi, overclaim adalah tindakan mengklaim sesuatu yang berlebihan atau nggak sesuai kenyataan, apalagi yang berhubungan dengan produk atau pemasaran.
Hasil tes laboratorium dari Labuchem Indonesia menunjukkan bahwa salah satu produk terkenal yang klaimnya punya kandungan tinggi niacinamide justru hanya mengandung kurang dari 1%, yang jauh banget dari standar efektivitas bahan itu. Bahkan, beberapa produk ada yang tidak mengandung niacinamide sama sekali.
Pengungkapan ini menyoroti pemasaran tidak etis yang berpotensi merugikan konsumen. Janji manis yang tidak sesuai dengan kandungan sebenarnya tidak hanya menipu pembeli, tetapi juga bisa berdampak pada kesehatan kulit mereka. Konsumen yang terlanjur percaya, bisa saja mengalami efek samping akibat penggunaan produk, seperti iritasi, atau bahkan alergi jika skincare mengandung bahan yang berbahaya.
Menurut data dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tahun 2023, 30% dari 100 produk skincare yang diuji di laboratorium ternyata punya klaim yang nggak sesuai dengan kandungan yang seharusnya. Ini menunjukkan transparansi dalam industri skincare masih jadi masalah besar. Konsumen harus lebih kritis dan tidak mudah tergiur dengan brand yang memberi promosi dan diskon besar.
Harga Mahal Belum Tentu Menjamin Kualitas Skincare
 Â
Banyak brand skincare yang jual produknya dengan harga selangit, tapi ternyata kandungannya nggak sebanding sama yang mereka klaim. Jadi, sebagai konsumen, kita harus lebih jeli dan nggak gampang percaya sama iklan yang kelihatan terlalu menjanjikan. Jangan cuma karena promo bombastis atau kemasan mewah, kita langsung beli tanpa cek lebih dulu kandungan dan manfaatnya. jadi, kita harus lebih kritis dalam memilih produk skincare agar nggak rugi kedepannya.
Macam-Macam Overclaim dalam Produk Skincare
Â
1. Klaim Kandungan Berlebihan
Misalnya, produk yang bilang punya "10 kali niacinamide" atau "kandungan murni hyaluronic acid," tapi ternyata kandungannya rendah banget atau tidak ada sama sekali. Â
2. Janji Hasil Instan
Produk yang mengklaim bisa "memutihkan dalam 7 hari" atau "menghilangkan kerutan dalam semalam," padahal tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut. Â
3. Klaim Keamanan Universal
Pernyataan kayak "aman untuk semua jenis kulit" tanpa memperhatikan sensitivitas kulit masing-masing orang. Â
4. Manfaat yang Tidak Realistis
Misalnya, klaim seperti "mengubah kulit wajah jadi flawless sempurna" atau "menutrisi kulit hingga lapisan terdalam," yang sulit banget dibuktikan secara ilmiah.
Peran Apoteker dan BPOM dalam Hal Ini Â
Untuk ngatasi masalah kayak gini, peran apoteker dan BPOM jadi sangat penting. Apoteker bisa jadi konsultan yang ngasih edukasi ke konsumen tentang kandungan skincare, cara baca label, dan pilih produk yang sesuai dengan kebutuhan kulit secara aman. Apoteker juga bisa bantu identifikasi produk yang klaimnya nggak realistis atau berbahaya. Sementara itu, BPOM bertugas untuk memperketat regulasi, mengawasi klaim produk, dan memastikan semua produk skincare yang beredar udah melalui uji lab dan memenuhi standar keamanan. Dengan kolaborasi antara apoteker, BPOM, dan kesadaran konsumen, kita bisa meminimalkan penyebaran produk dengan klaim menyesatkan, sehingga konsumen bisa pakai produk skincare yang aman dan efektif
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H