Hallo Pak Tjipta, mohon ijin nambahin ya. Ada lagi satu kelebihan orang Indonesia dibanding orang Indonesia. Pernah seorang Indonesia bekerja sebagai tukang kebun di Canberra di rumah seorang nenek bernama Elizabeth berusia 84 tahun. Saking tingginya (di mata dia) upah perjamnya sebagai tukang kebun, ia berteriak dalam hati, "Oh my god!" Tapi jelas tetap dikerjakan juga tugas-tugas berkebunnya.
Sampai pada minggu kesekian, ia tidak kuat lagi menahan hati karena upah yang terlalu tinggi itu, maka dikeluarkanlah uneg-unegnya, "Elizabeth, tolong diturunkan upah saya, upah saya terlalu tinggi, saya tidak tega Elizabeth membayar saya setinggi itu untuk pekerjaan seringan ini."
"Oh my god!" teriak nenek Elizabeth. "Upahmu itu sudah upah paling murah di Canberra. Umumnya tukang kebun dibayar 25 sampai 30 dolar sejam, kamu cuma 20 dolar."
"Kalau gitu, Elizabeth, tolong panjangkan jam kerja saya tapi upah tetap," pinta sang tukang kebun.
"My goodness! No, no, no, because it is not fair." teriak si nenek.
Maka pulanglah tukang kebun Indonesia dengan tangan hampa gagal mendapatkan penurunan upah.
Suatu hari lainnya selepas menyelesaikan pekerjaan berkebun, seperti biasa tukang kebun Indonesia berbincang barang lima sepuluh menit dengan si nenek. Tapi kali ini Elizabeth penyakit pikunnya kumat, maka bertanyalah ia, "Berapa ya biasanya aku bayar kamu untuk sekali datang?"
"40 dolar, nek, satu jam 20 dolar."
"Ah tidak mungkin. Nggak mungkin setinggi itu." sambil menerawang melihat awan.
Kemudian ndelewerlah si nenek ngonyang ngalor ngidul membahas semua hal mulai dari bintang di langit sampai kangguru di gunung di belakang rumahnya, sampai kemudian menutup pertemuan dengan mengatakan, "Okay, thank you very much for the fantastic job you have done. See you next week, okay?
"Okay, Elizabeth. Thank you very very much too."