Mohon tunggu...
Dwi Elyono
Dwi Elyono Mohon Tunggu... Dosen - Pencari

Penerjemah bhs Inggris bhs Indonesia/bhs Jawa; peneliti independen dlm kajian penerjemahan, kajian Jawa, dan semantik budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Revolusi Pendidikan: Hapus Sekolah, Ganti dengan Bimbel

30 Desember 2017   14:52 Diperbarui: 30 Desember 2017   14:55 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

8. Terkait dengan poin 7 di atas, kuatkan sistem pembelajaran dan pengajaran di program S1 pendidikan dan pengajaran. Kurangi mata kuliah per semester sampai kira-kira separohnya. Masukkan mata kuliah yang relevan-relevan saja. Dengan fokus pada mata kuliah-mata kuliah relevan, calon guru akan bisa mendalami suatu ilmu dengan mendalam dan komprehensif, tidak hanya kulitnya. Lulusan sarjana pendidikan yang dihasilkan dari program S1 yang ditingkatkan kualitasnya dan yang terfokus semacam ini bisa langsung menjadi guru profesional tanpa harus terlebih dahulu menjalani PPG yang, sekali lagi, menghambur-hamburkan waktu, tenaga, pikiran, dan uang.

9. Hapuskan SPP dan biaya-biaya sekolah lainnya. Pendidikan adalah hak mendasar setiap warga negara. Oleh karena itu, gratiskan SPP dan biaya-biaya lainnya untuk sebagian besar sekolah negeri. Tahun-tahun belakangan ini kementerian pendidikan dan kebudayaan menghidupkan kembali SPP dan biaya-biaya sekolah lainnya, padahal anggaran untuk pendidikan adalah salah satu yang terbesar di negara ini. Pendidikan sekolah seyogyanya tidak membebani keluarga murid secara finansial. Apabila pihak swasta atau pemerintah ingin membangun sekolah khusus yang membutuhkan biaya besar yang hanya bisa diperoleh dari sumbangan orang tua murid, monggo saja. Bisa saja dibangun beberapa sekolah penarik dana dari orang tua murid semacam itu, tapi secara default, sebagian besar sekolah perlu digratiskan untuk sebagian besar warga Indonesia.

Guru dan murid sudah terlalu lama menjadi korban karena deretan kebijakan pendidikan yang salah sistem dan premis. Perlu adanya revolusi untuk mengubah keadaan ini. Sembilan langkah di atas bisa menjadi alternatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun