8. Terkait dengan poin 7 di atas, kuatkan sistem pembelajaran dan pengajaran di program S1 pendidikan dan pengajaran. Kurangi mata kuliah per semester sampai kira-kira separohnya. Masukkan mata kuliah yang relevan-relevan saja. Dengan fokus pada mata kuliah-mata kuliah relevan, calon guru akan bisa mendalami suatu ilmu dengan mendalam dan komprehensif, tidak hanya kulitnya. Lulusan sarjana pendidikan yang dihasilkan dari program S1 yang ditingkatkan kualitasnya dan yang terfokus semacam ini bisa langsung menjadi guru profesional tanpa harus terlebih dahulu menjalani PPG yang, sekali lagi, menghambur-hamburkan waktu, tenaga, pikiran, dan uang.
9. Hapuskan SPP dan biaya-biaya sekolah lainnya. Pendidikan adalah hak mendasar setiap warga negara. Oleh karena itu, gratiskan SPP dan biaya-biaya lainnya untuk sebagian besar sekolah negeri. Tahun-tahun belakangan ini kementerian pendidikan dan kebudayaan menghidupkan kembali SPP dan biaya-biaya sekolah lainnya, padahal anggaran untuk pendidikan adalah salah satu yang terbesar di negara ini. Pendidikan sekolah seyogyanya tidak membebani keluarga murid secara finansial. Apabila pihak swasta atau pemerintah ingin membangun sekolah khusus yang membutuhkan biaya besar yang hanya bisa diperoleh dari sumbangan orang tua murid, monggo saja. Bisa saja dibangun beberapa sekolah penarik dana dari orang tua murid semacam itu, tapi secara default, sebagian besar sekolah perlu digratiskan untuk sebagian besar warga Indonesia.
Guru dan murid sudah terlalu lama menjadi korban karena deretan kebijakan pendidikan yang salah sistem dan premis. Perlu adanya revolusi untuk mengubah keadaan ini. Sembilan langkah di atas bisa menjadi alternatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H