Mohon tunggu...
Dwi Juliani
Dwi Juliani Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pend. Bahasa Jepang Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Indonesia, Mendidik atau Membidik ?

2 Mei 2014   04:41 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan sejatinya adalah tiang penyangga kemajuan sebuah bangsa. Karena melalui pendidikan, benih-benih pemimpin bangsa dilahirkan. Melalui pendidikan, para penerus peradaban bangsa dididik, dibimbing dan dibina untuk bisa membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Tanpa pendidikan yang ideal, tentu  akan menjadi hambatan dalam upaya memajukan bangsa.

Ketika berada di dalam sebuah lembaga kependidikan, peserta didik tidak hanya dididik untuk unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi peserta didik juga dibina untuk menjadi manusia yang kreative, berkarakter unggul, bermoral dan bertakwa.

Namun, seiring dengan perubahan dan kemajuan zaman, kondisi dan fungsi pendidikan pun perlahan mulai keluar dari track­nya. Alih-alih mendidik, kondisi pendidikan saat ini lebih terlihat “membidik” para peserta didik. Kurikulum yang sering berganti, target kelulusan yang seperti mencekik siswa, berbagai macam tugas dan ujian yang menumpuk, dan pendidikan moral yang seharusnya ditanamkan oleh para pendidik, perlahan mulai ditinggalkan bahkan dilupakan.

Peserta didik seakan dihantui oleh target nilai kelulusan Ujian Nasional yang tinggi, durasi belajar yang terlalu panjang, seabrek mata pelajaran yang harus dikuasai dan berbagai tuntutan lainnya. Mereka hanya difokuskan untuk lulus dalam berbagai teori  semata. Peserta didik tumbuh dan besar tanpa pernah mempergunakan otaknya untuk berkreativitas. Generasi muda tumbuh dibawah tekanan.

Berbeda dengan pendidikan di Finlandia, negara yang sistem pendidikannya paling baik di dunia. Peserta didik diberi otonomi khusus untuk menetukan jadwal ujian dan mata pelajaran yang disukai. Pendidikan Finlandia tidak mengenal istilah ujian semester dan ujian nasional layaknya pendidikan tanah air. Evaluasi belajar secara nasional pun dilakukan tanpa ada intervensi pemerintah sekali pun. Karena setiap sekolah bahkan guru berkuasa penuh untuk menyusun kurikulumnya sendiri. Siapa pun presidennya dan menteri pendidikannya tidak akan berpengaruh signifikan terhadap masa depan pendidikan. Karena fungsi pemerintah dalam memajukan sektor pendidikan adalah dukungan finansial dan legalitas. Pendidikan di Finlandia tidak akan terpengaruh oleh hiruk pikuk kondisi politik negaranya.

Masih banyak yang perlu dibenahi dari pendidikan Indonesia. Kita bisa memperbaikinya dengan melihat dan mencontoh sistem pendidikan di negara-negara yang sudah mumpuni dalam urusan pendidikan. Perubahan dan perbaikan yang dilakukan ini baru bisa berjalan sesuai dengan harapan tentunya dengan kerja sama dari berbagai pihak yang dalam hal ini adalah pemerintah, lembaga pendidikan dan para tenaga pendidik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun