Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Seberapa Aman Data Pribadi Kita Tersimpan?

12 Juli 2024   10:44 Diperbarui: 13 Juli 2024   21:58 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalau ingin data pribadi benar-benar aman mungkin harus hidup di hutan. Sumber: pixabay

"Sudah pada punya  KTP dan KK Digital belom? atau ada yang baru ngurus seperti yang saya lakukan? Status facebook mengandung pertanyaan saya lontarkan. Jawaban pertanyaan dari teman-teman sangat beragam. 

Salah satu jawaban yang menarik adalah ketika teman saya komentar : apa nggak takut data kita bobol jeng, kan aplikasi kayak gitu rawan dibobol. Jawaban saya: lah kan emang data kita udah kayak diobral saja . 

Saya menjawab pertanyaan itu karena teringat kasus rame-rame data pribadi sebagian warga Indonesia yang konon diperjualbelikan facebook beberapa waktu lalu. E lhadalah kok ya malah terjadi lagi yang lebih rame karena yang dibobol adalah Pusat Data Nasional.

Duh sebenarnya seberapa aman sih data kita yang udah bertebaran di dalam jaringan media maya ini. Saat membuat akun media sosial kita diwajibkan setor data pribadi setiap kali mengisi form. 

Nama, tempat tanggal lahir, email, nomor handphone adalah data yang wajib disetorkan. Oh ya, saya juga punya pekerjaan freelance mengisi survey online yang poin hasil menjawab survey bisa ditukar saldo paypal, pulsa, voucher belanja dll. 

Ada beberapa akun yang meminta NIK segala untuk verifikasi, menghindari akun bodong yang cuma bertujuan mencari uang dan menghindari penggandaan akun padahal yang punya dan menjawab survey hanya satu orang. Tapi kita yang jadi panelis juga ketar-ketir, kira-kira amankah jika data itu masuk ke data base mereka? 

Satu hal lagi, saya juga penasaran. Ketika memutuskan untuk berdonasi secara online ke sebuah lembaga amal/Ziswaf saya heran nih kok beberapa lama kemudian saya banyak menerima permintaan sumbangan baik melalui DM Instagram atau WhatsApp message dari berbagai lembaga amal yang berbeda?

Sepertinya jika ingin data pribadi benar-benar aman maka kita harus benar-benar menghindari memasukkan data pribadi ke dalam jaringan  internet, yang sepertinya adalah hal yang mustahil dilakukan di zaman sekarang. 

Namun setidaknya resiko kebobolan data bisa berkurang, seperti tenangnya hidup kakak saya yang sampai sekarang memutuskan tidak ingin memiliki ponsel android. 

Jadi tuh dia nggak pernah dihubungi para penipu yang mengaku dai bank ini  itu, dia juga nggak pernah ditawari kerjaan abal-abal model like komen screenshoot dari grup-grup WA dan telegram. Dan dia juga gak pernah dihubungi lembaga-lembaga amal untuk meminta sumbangan secara online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun