Hari masih gelap. Namun tungku berbahan bakar ranting kering dari pohon mangga di depan rumah sudah menyala. Ibu memasak nasi dalam dandang di atas tungku dan menggoreng lauk untuk sarapan di kompor minyak tanah di dapur.
Setelah nasi matang, sisa air untuk memasak nasi digunakan untuk air hangat buat kami mandi. "lumayan, hemat minyak tanah" kata ibu. Lauk dan nasi untuk sarapan siap di waktu yang tepat, kami pun bersekolah dengan bersemangat.
Perempuan, Tradisi dan Energi
Kenangan masa kecil itu menjadi sumber motivasi, bahwa ibu merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam pemanfaatan energi agar tidak terbuang percuma sehingga berdampak pula pada kondisi finansial keluarga. Hal ini tidak terlepas dari posisi perempuan atau sosok ibu dalam tradisi nusantara dalam kehidupan bermasyarakat.
"Matikan lampu kalau tidak digunakan" "Ayo makannya dihabiskan, jangan buang-buang rezeki" "Keluar kamar mandi air dimatikan" "Nggak usah beli baju baru ya, baju tahun kemarin masih bagus karena jarang dipakai"Â Berbagai teguran, petuah, nasehat, perintah untuk berhemat termasuk penghematan energi selalu datang dari sosok ibu sebagai pemengaruh (selain ayah) dalam rumah tangga.
Kecerewetan ibu mungkin tidak terlepas dari anggapan bahwa perempuan tidak jauh-jauh dari dapur -- kasur - sumur. Ibu, paling bertanggung jawab dengan urusan dapur. Perempuan sebagai istri merupakan pendamping bagi suami. Ibu bertanggung jawab dalam kebutuhan pakaian yang layak dan bersih bagi seluruh anggota keluarga.
Padahal melalui pesan-pesan yang terkesan cerewet itu tersimpan pesan yang lebih mulia : hemat energi, upayakan nol emisi, berbuatlah hal-hal mendasar untuk mencintai lingkungan. Betapa tidak! selalu menghabiskan makanan membantu food lost dan food waste sehingga mengurangi kadar gas metana dari sampah makanan. Membeli baju baru menunggu jika yang lama sudah tidak muat atau aus berarti mengurangi jejak karbon sebab proses produksi baju hingga distribusi menghasilkan emisi yang tinggi. Nasehat "kuno" ibu untuk bijak dalam beraktivitas kini menjadi motivasi bagi perempuan mewujudkan net zero emisi.
Sekilas Tentang Net Zero Emission 2060
Isu perubahan iklim semakin nyata dampaknya. Suhu bumi kian panas, bencana alam berupa banjir, angin topan semakin sering terjadi, kekurangan air bersih dan gagal panen menjadi ancaman yang patut diwaspadai. Jika gejala perubahan iklim tidak segera diatasi, bencana lebih besar akan menanti.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi dampak perubahan iklim, salah satunya adalah program Net Zero Emission yang dicanangkan berbagai negara. Net Zero Emission atau emisi nol bersih merupakan kondisi di mana jejak karbon yang bersumber dari aktivitas manusia tidak melebihi jumlah emisi yang diserap bumi. Hutan dan laut selama ini menyerap emisi karbon. Dengan demikian atmosfer tidak penuh oleh emisi yang menyebabkan efek rumah kaca sebagai pemicu pemanasan global.
Keseriusan negara-negara di dunia dalam mewujudkan emisi bersih dituangkan dalam Conference of Parties (COP) di Glasgow. Kesepakatan yang disebut Conference of the Parties (COP26 Glasgow) menyepakati untuk membatasi peningkatan suhu permukaan bumi tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius. Setidaknya 146 dari 195 perwakilan negara di dunia termasuk salah satunya Indonesia berkomitmen pada pencapaian Net Zero Emisi (NZE) Pemerintah Indonesia mentargetkan Net Zero Emisi pada tahun 2060 (NZE 2060) bahkan jika mampu akan dipercepat.
Bagaimana cara mencapai Net Zero Emission? beberapa langkah berikut bisa mendukung terwujudnya emisi bersih:
- Menanam pohon