Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Praktik Baik di Semarak Merdeka Belajar

25 Mei 2023   14:22 Diperbarui: 25 Mei 2023   14:30 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Quote Ibu Suharti dalam webinar, Dokpri

"Ngapain tanggal merah masih  ke sekolah bawa laptop segala, ntar rusak laptop malah susah" gerutuku melihat si bungsu mengemas laptop yang baru berumur beberapa bulan, hasil patungan tabungannya dan si ayah.

"Yee Ma, ini ngerjakan tugas kelompok. Mulai semester ini tuh nilai raport kelas 8 nggak hanya dari hasil ujian tapi bikin presentasi" Oh saya kurang informasi, mungkin ini yang disebut Kurikulum Merdeka Belajar. Siswa-siswa kelas 7 di sekolah anakku sejak awal tahun telah mengaplikasikan Kurikulum Merdeka Belajar secara bertahap. Dilihat dari edaran sekolah, anak-anak kelas 7 harus menyelesaikan berbagai jenis praktek, presentasi dan prakarya sebagai pengganti ujian sekolah. 

Semarak Merdeka Belajar ini mengundang berbagai respon masyarakat, termasuk teman-teman dan tetangga saya. Rata-rata yang memiliki anak usia SD dan SMP mempertanyakan: jika tidak ada tugas dan PR serta ujian bagaimana mengukur keberhasilan proses pembelajaran. Sedangkan yang memiliki anak usia SMA mengeluhkan ketidaksiapan orang tua dan siswa mengenai tidak adanya penjurusan di SMA untuk persiapan melanjutkan ke perguruan tinggi. Jika sebelumnya di kelas 2 SMA atau kelas 11 siswa diarahkan untuk memilih jurusan Fisika (A1), Biologi (A2) atau Sosial (A3) dalam Kurikulum Merdeka Belajar siswa dibebaskan memilih mata pelajaran kelompok pilihan ketika duduk di kelas 11 dan 12. Namun beberapa teman yang anaknya duduk di kelas 11 mengeluhkan pilihan mata pelajaran kelompok pilihan tidak benar-benar merdeka sesuai minat mereka atau masih bingung harus memilih mata pelajaran apa. Misalnya, bagi yang berminat di bidang kesenian dan perfilman, apakah tetap harus mempelajari fisika dan kimia atau seharusnya bersekolah di sekolah kejuruan?

Mengutip diskusi saya dan beberapa teman di salah satu unggahan mbak Dian Kristiani tentang pilihan paket mata pelajaran di salah satu SMA penggerak di Sidoarjo tahun 2022 lalu.

Paket mata pelajaran di salah satu SMA Penggerak, Dokumen milik Dian Kristiani
Paket mata pelajaran di salah satu SMA Penggerak, Dokumen milik Dian Kristiani
Begini kutipan sharing dari mbak Dian:

"Trus kutanya tetanggaku, katanya sebenarnya dia milih biologi, fisika, kimia, dan sosiologi. Namun ternyata tidak ada paket itu, dia harus ikut paket 7 or 8 padahal dia tidak suka bahasa Jerman or Jepang. Aku masih meraba-raba tentang ini. Yang kupahami kan sebenernya anak bebas memilih sesuai minatnya. Dan bisa campur-campur, misal kayak G minatnya di sosiologi, bahasa, dan (mungkin) biologi. Tapi kalo liat paket-paket ini rasanya ga mungkin mapel IPA dan IPS bisa didapatkan secara bersamaan."

Saya sendiri merasa perlu membekali diri mengenai Kurikulum Merdeka, sebab si bungsu masih duduk di sekolah menengah yang kemungkinan kelak di SMA juga harus menghadapi permasalahan yang sama. Beruntung informasi mengenai Semarak Merdeka Belajar bisa diakses di berbagai platform milik Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Salah satu cara menambah wawasan mengenai Kurikulum Merdeka Belajar adalah mengikuti berbagai webinar. Pada 17 Mei 2023 saya mengikuti webinar yang diselenggarakan atas kerja sama Kompasiana dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan pembicara:

  • Ibu Suharti, Sekjen Kemendikbudristek
  • Bapak Fathur Rozi , Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab Probolinggo
  • Alir  Bening, perwakilan mahasiswa berprestasi
  • Mbak Yana Haudy, Kompasianer

Keempat pembicara webinar, Dokpri
Keempat pembicara webinar, Dokpri

Webinar yang berlangsung kurang lebiih selama satu setengah jam tersebut memberikan beberapa poin-poin penting yang patut saya catat sebagai berikut:

Praktik Baik dalam Kurikulum Merdeka Belajar

Praktik baik dalam kurikulum merdeka belajar merupakan kegiatan atau pengalaman baik terkait proses belajar mengajar menggunakan kurikulum merdeka belajar, antara lain adalah:

  • Kurikulum Merdeka Belajar membantu memacu kreativitas

Belajar tak harus selalu terikat dengan buku, tidak harus menghafal plek ketiplek isi text book, begitu yang saya yakini. Proses pembelajaran yang efektif adalah jika teori dan praktik bisa berjalan seimbang. Kurikulum merdeka belajar memberikan kesempatan bagi peserta didik maupun pendidik untuk berkreasi dan berinovasi sesuai teori. Hal ini saya perhatikan dari berbagai tayangan Instagram reels sekolah si bungsu yang menampilkan beberapa "proyek" anak kelas 7, salah satunya adalah proyek mengenai kewirausahaan. Anak-anak didik diberikan motivasi berwira usaha menjual hasil kreasi berupa kue-kue tradisional dan harus mampu melakukan presentasi menjelaskan bahan-bahan kue, cara membuat kue dan perhitungan laba bisnis. Senada dengan pendapat Bapak Fathur Rozi mengenai kurikulum merdeka belajar yang mendorong kreativitas anak didik.

Quote Bapak Fathur Rozi dalam webinar, Dokpri 
Quote Bapak Fathur Rozi dalam webinar, Dokpri 
  • Memperluas wawasan

Kurikulum Merdeka di tingkat SMA memberi kesempatan bagi siswa untuk memperluas wawasan dengan mempelajari berbagai jenis ilmu dasar tanpa terkotak-kotak pada penjurusan. Di tingkat SD dan SMP para siswa diberikan kesempatan belajar melalui outdoor learning. Tentu lebih menyenangkan jika belajar tentang benda-benda bersejarah jika langsung menyaksikannya sendiri di museum atau mengenal aneka tumbuhan tidak hanya dari gambar di buku tetapi langsung di taman. Contoh nyata nih anak bungsu saya makin senang aja sekolah karena tak ada PR menulis dan berganti memanfaatkan laptop dan ponsel.

  • Mempersiapkan anak didik yang lebih cakap dan terampil, tidak hanya menguasai teori belaka.

Proses belajar mengajar idealnya merupakan proses yang holistik, menyeluruh. Pemahaman siswa terhadap teori pelajaran akan lebih terasah jika dipraktekkan langsung di lapangan, termasuk dalam pembuatan makalah presentasi dan karya tulis yang disusun berdasarkan teori-teori dalam buku pelajaran. Anak didik diharapkan mumpuni secara literasi, numerasi dan berkarakter dengan cara mengembangkan potensi diri di bawah pengawasan dan bimbingan guru.

Quote Ibu Suharti dalam webinar, Dokpri
Quote Ibu Suharti dalam webinar, Dokpri
  • Menyederhanakan proses administrasi untuk urusan pengadaan sarana dan prasarana sekolah

Salah satu kemudahan yang ditawarkan Kurikulum Merdeka Belajar adalah kemudahan proses administrasi dalam pengadaan sarana dan prasarana melalui platform dan marketplace yang disediakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pemberian Bantuan Operasional Sekolah diperhatikan secara seimbang menurut tingkat kebutuhan sekolah di daerah.

  • Program pembelajaran kelas rangkap (multigrade teaching)

Guru yang mengajar dituntut mampu mengajar pembelajaran berdiferensiasi dan mandiri. Guru tidak lagi ribet masalah administrasi tetapi diharapkan mengenali gaya belajar setiap anak didik. Para guru diberikan kesempatan belajar dalam komunitas belajar dan memperluas wawasan melalui platform Merdeka Belajar. Menurut Bapak Fathur Rozi tampak ada perbedaan signifikan dalam raport pendidikan di sekolah-sekolah yang menerapkan kurikulum merdeka belajar di wilayah Kabupaten Probolinggo usai diterapkan Kurikulum Merdeka Belajar. Bapak Fathur Rozi menyimpulkan bahwa perbedaan yang signifikan ini tercapai sebagai hasil pendidikan dengan mengenali gaya belajar anak sehingga mampu mengoptimalkan bakat dan potensi masing-masing siswa.

Hal-hal yang perlu mendapat perhatian ekstra dalam Kurikulum Merdeka Belajar

  • Bagaimana cara memastikan seluruh siswa kreatif dan berproses

Salah satu pembelajaran dalam kurikulum merdeka belajar adalah kolaborasi antar siswa. Dalam praktiknya perlu dipastikan bahwa setiap anak memiliki peran dalam kerja kelompok, bukan satu orang mengerjakan proyek dengan sungguh-sungguh sementara yang lain sibuk bermain dengan gadget.

  • Kurikulum Merdeka Belajar di tingkat SMA tidak lagi terkesan "tanggung"

Tujuan kurikulum merdeka belajar di tingkat SMA adalah untuk mempersiapkan bekal siswa didik untuk menuju jenjang perguruan tinggi melalui proses belajar mengajar yang fleksibel namun tetap terfokus pada materi dan pengembangan karakter. Wacana ini cukup menarik dan menjanjikan namun perlu diperhatikan pula esensi pilihan mata pelajaran dalam paket tidak terkesan "tanggung" Misalnya untuk mata pelajaran bahasa asing ada baiknya siswa didik diberikan kebebasan memilih mata pelajaran bahasa asing yang sesuai minat (siswa bisa memilih apakah bahasa inggris atau bahasa jepang atau bahasa mandarin) sehingga mampu menunjang pembelajaran mata pelajaran lain dalam paket tersebut.

  • Kesiapan pihak pengajar telah siap bertugas sebagai guru penggerak dan orang tua siswa sebagai pembimbing

Kurikulum merdeka belajar menuntut kesiapan guru dan orang tua siswa sebagai pembimbing siswa. Kreativitas, inovasi tidak hanya diharapkan tumbuh dari siswa didik tetapi guru penggerak dan orang tua juga harus konsisten dalam meningkatkan wawasan dan kemampuan pribadi agar mampu mengimbangi anak didik dalam berkarya. Perlu diperhatikan pula bahwa komitmen guru dan orang tua adalah sebagai pembimbing, bukan memilih jalan pintas dengan mengambil alih proses penyelesaian tugas siswa dengan tujuan asal beres.

  • Apakah Kurikulum Merdeka Belajar dapat berkelanjutan mengingat tahun 2024 adalah saat berganti pemerintahan?

"Ganti presiden, ganti menteri, ganti kurikulum" anekdot ini sudah bukan rahasia lagi di Indonesia. Patut dipertimbangkan kembali langkah-langkah substansial agar saat berganti pemerintahan di tahun 2024 pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar masih dapat terus diterapkan. Proses pendidikan untuk mencetak generasi tangguh layaknya membangun rumah, sebuah rumah yang dibangun dengan pondasi kokoh akan lebih mampu bertahan menghadapi perubahan zaman dibandingkan dengan rumah yang dibangun dengan tambal sulam.

 

Hingga saat ini pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi belum mewajibkan seluruh sekolah untuk menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar dengan berbagai pertimbangan, namun komitmen pemerintah untuk mencetak generasi muda sebagai SDM unggul sangat diperlukan. Evaluasi terhadap hasil penerapan Kurikulum Merdeka Belajar patut diselenggarakan secara proaktif dan kolaboratif serta berkesinambungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun