Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sosok Wanita dalam Tokoh Raya (and The Last Dragon)

27 Maret 2022   22:11 Diperbarui: 29 Maret 2022   22:12 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan tokoh dalam sebuah film adalah nyawa dari sinema itu sendiri.  Entah itu tokoh wanita atau pria, daya tarik film bukan pada gender tokoh utamanya namun nilai-nilai kehidupan yang diusungnya. 

Tidak banyak film animasi atau film kartun yang mengangkat sosok wanita sebagai tokoh utama, namun dari sekian film animasi yang memilih wanita sebagai tokoh utama, Raya and The Last Dragon adalah favorit saya.

Adakah kesan "Asia Tenggara" yang menyebabkan saya tertarik pada film produksi Disney ini? Seperti diketahui Raya and The Last Dragon dibesut dengan tujuan menggambarkan kehidupan masyarakat Asia Tenggara. Pihak yang terlibat dalam produksi film ini melakukan riset mendalam selama beberapa tahun di tujuh negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Kamboja, Laos, Vietnam dan Thailand.

Garis besar kisah Raya and The Last Dragon ini terletak pada kegigihan sosok Raya sebagai wanita muda yang jago bela diri dalam menyelamatkan naga terakhir. Dikisahkan, zaman dahulu naga hidup damai berdampingan bersama manusia di sebuah wilayah luas yang disebut Kumandra. Namun sebuah kekuatan jahat Druun yang sangat besar dan mampu merusak harmonisasi itu. Kekuatan jahatnya mampu mengubah naga dan manusia menjadi batu. Sebelum tersihir menjadi batu para naga terakhir menyatukan kekuatannya dalam sebuah bola dan menyerahkannya pada naga terkecil untuk melanjutkan perjuangan memerangi Druun. Kumandra yang semula aman tenteram damai menjadi ricuh dan terpecah menjadi lima negara kecil dan bernama seperti bagian-bagian dari tubuh naga yaitu Tail, Spine, Fang, Heart dan Talon.

Raya tinggal di wilayah Heart, tempat bola naga disimpan. Namun bola ini kemudian pecah dan diperebutkan oleh lima negara kecil. Tokoh Raya dikisahkan sebagai sosok kebanggaan ayahnya. Sang ayah tak ragu melatih dan membekali Raya dengan ilmu bela diri tingkat tinggi. Raya pun tumbuh menjadi sosok pejuang wanita tangguh. Bekal ilmu bela diri yang dimilikinya sangat membantu perjuangan mengumpulkan bola naga yang terpecah menjadi lima untuk dikumpulkan utuh kembali demi membangkitkan naga terakhir dan mengusir kekuatan jahat Druun. Poin inilah yang menjadi daya tarik utama Raya and The Last Dragon. Tokoh-tokoh pembangun kisah Raya and The Last Dragon didominasi gender perempuan, termasuk naga terakhir yang berjenis kelamin betina. Raya and The Last Dragon juga menempatkan tokoh wanita lain untuk membangun cerita, yaitu Sisu dan Virana.

Raya and The Last Dragon, sumber Kompas/Disney
Raya and The Last Dragon, sumber Kompas/Disney

Tokoh Raya digambarkan penuh percaya diri dan tidak perlu menyembunyikan jati dirinya sebagai wanita. Tidak seperti Mulan misalnya, yang terpaksa menyamar sebagai prajurit pria untuk mencapai cita-citanya. Sosok Raya lebih "manusiawi"' dan tidak mengada-ada. Mengingatkan pada sekian banyak wanita-wanita muda Asia Tenggara yang bergelut dengan kesulitan hidup yang pada akhirnya membuat mereka lebih tangguh tak mudah mengeluh. 

Di sisi lain, ciri khas wanita yang konon lebih mengedepankan kata hati daripada logika ditunjukkan Raya secara nyata. Seperti saat ia merasa kasihan dengan "gerombolan bayi" hingga tertipu karena gerombolan unyu ini adalah kelompok pencuri ulung dan berniat mencari bola naga yang telah diperolehnya. Jika tokoh utamanya pria mungkin akan digambarkan lebih berhati-hati dan tidak mudah percaya dengan orang asing.

Lebih menarik lagi, tokoh antagonis dalam film ini juga seorang wanita, Namaari. Namaari adalah sosok  yang digambarkan sangat ambisius dan tega berkhianat demi mencapai impian. Film ini seolah sedang menyindir: kompetitor utama wanita adalah wanita lain. 

Berapa sering para wanita beradu argumentasi masalah wanita karir VS ibu rumah tangga. Betapa ricuh adu mulut masalah melahirkan secara alami atau melalui operasi. Betapa banyak waktu terbuang hanya untuk berdebat masalah memilih sekolah anak, cara mendidik, menyiapkan MPASI dan hal-hal lain. Padahal andai para wanita bersatu dan saling mendukung akan membantu untuk saling menguatkan dalam meraih cita-cita dan impian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun