Lebaran tinggal beberapa hari lagi, Ramadan benar-benar berlari. Tersisa waktu semakin sempit untuk menelisik ke dalam hati. Adakah puasa selama hampir sebulan ini mampu memotivasi diri untuk menjadi insan yang lebih baik lagi? Atau berpuasa hanya sekadar gugur kewajiban sebagai hamba Allah sejati.
Menjelang Idulfitri, konsentrasi kita lazimnya terpecah. Antara berburu kemuliaan malam Lailatul Qadr mengais pahala di hari-hari terakhir yang penuh berkah, dan mulai berpikir kebutuhan khusus lebaran. Di keluarga kami sih tidak membiasakan belanja baju baru setiap lebaran. Jika pakaian yang dikenakan anak-anak sudah usang atau tak lagi muat di badan, tak perlu menunggu lebaran pun langsung dibelikan. Namun meski lebaran bertabur diskon di pusat-pusat perbelanjaan, jika tidak ada yang perlu dibeli, kami tak memaksakan.
H-7 menjelang lebaran, mal dan pusat perbelanjaan biasanya sudah mulai penuh orang yang berniat membeli kebutuhan hari raya. Apalagi jika THR sudah diterima. Namun bagi keluarga kami, lebaran atau bukan, jika ingin berbelanja, saya biasa mempertimbangkan secara matang dan memilahnya berdasarkan langkah-langkah berikut ini:
- Kebutuhan bukan keinginan
Butuh dan ingin adalah suatu hal berbeda. Kita butuh makan dan minum untuk kelangsungan hidup. Tetapi kadang meski sudah cukup makan dan minum, masih ingin makan camilan yang terlihat lezat. Begitu juga keperluan berbelanja produk. Berbagai produk fashion biasa diobral menjelang lebaran. Apalagi jika lebaran berdekatan dengan tahun ajaran baru sekolah. Jadi ingin berbelanja ya? Hati-hati, kata "ingin" tidak selalu karena kebutuhan. Kami biasa melihat terlebih dahulu apakah dengan adanya diskon yang lumayan itu ada yang benar-benar diperlukan. Jika baju, sepatu, sandal, tas sekolah masih dalam kondisi bagus, tidak ada cacat atau rusak maka tak perlu memaksakan membeli dengan alasan bisa disimpan. Sebab bisa saja barang yang kita beli rusak selama masa penyimpanan.
- Prioritas
Jika ada beberapa produk perlu dibeli dalam waktu bersamaan, saya biasa menempatkannya berdasarkan skala prioritas. Yang mana nih yang benar-benar perlu dibeli karena memang sangat dibutuhkan, dan mana yang bisa ditahaaaan duluuu atau mungkin bisa pakai barang lain yang nggak mesti baru.
- Kondisi keuangan
Kalau kondisi keuangan sedang nggak bagus, nggak perlu juga memaksakan beli barang baru, meski kita butuh. Sepatu udah lepas jahitan, warna kusam tapi kondisi dompet kok muram. Eh dijahitin dulu lalu disemir. 'Kali aja itu rezekinya bapak tukang sol sepatu.
- Kegunaan dan kualitas
Misalnya nih, ada banyak diskon gede, diskon beneran karena cuci gudang. Kebetulan tas sekolah si anak sudah rusak. Ya udah beli aja, mumpung ada dana toh bisa dipakai bertahun-tahun lamanya. Untuk kegunaan barang yang bisa berfungsi dalam jangka panjang, kami nggak sayang membeli produk bermerk dengan kualitas terjamin.
- Keperluan berbelanja
Belanja buat siapa? Buat nyenengin diri sendiri atau untuk hadiah bagi seseorang yang istimewa? jika untuk hadiah sebisa mungkin carilah produk yang benar-benar diperlukan beliau. Jika belanja untuk menyenangkan diri sendiri, pikir dulu berkali-kali "yakin nggak nyesel jika beli barang ini buat menghadiahi diri sendiri?"
Hmm, sudah H-5 menyambut Idulfitri nih, jadi mau belanja apa? Baju dan sepatu masih aman, tak masuk anggaran. Mungkin yang perlu dibeli adalah hidangan atau kue lebaran. Niatnya pun untuk menjamu tamu, yang mungkin datang berkunjung. Tetapi Qodarullah, beberapa hari lalu paksu dapat kiriman parcel yang isinya full kue dan sirup. Kayaknya nggak perlu belanja kue lebaran. Lalu apa dong?
OK, jadinya belanja kali ini buat daftar dulu deh:
- Parcel untuk ustadzah, guru mengaji si bungsu