Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Seputar "5M" Ngabuburit Cara Irit

4 Mei 2020   20:44 Diperbarui: 4 Mei 2020   20:56 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

10 Hari pertama Ramadhan telah berlalu. Dan saya baru sadar ngabuburit saya seputar yang itu-itu saja. Diawali huruf M : Memasak, Membuat Kue, Menulis, Menonton Televisi, Mengaji.

Buat ibu rumahan seperti saya, jauh hari sebelum anjuran Work From Home, saya memang sudah bekerja di dan dari rumah, Ehm maksudnya, bekerja di rumah itu mengerjakan semua pekerjaan rumah, bersih-bersih, memasak, menyetrika dan segala macam pekerjaan domestik. Bekerja dari rumah, karena memang saya bekerja yang menghasilkan uang, tapi dikerjakan dari rumah. 

Sejak berhenti bekerja kantoran tujuh tahun lalu, saya menekuni dunia kepenulisan. Bekerja dari rumah sebagai penulis konten, menulis artikel pendek untuk situs tertentu. Maka jika Ramadhan tiba kesibukan saya nyaris tiada beda, hanya berubah jam tayang saja.

Di hari-hari biasa jam memasak pagi - pagi sekalian buat bekalin suami. Di bulan Ramadhan jam masak pindah ke sore hari. Persiapannya sejak siang. Jadi pas sore masakan cepat matang. Jadilah acara memasak mengisi sebagian waktu menanti berbuka, alias ngabuburit. Kalau lagi masak yang gampang dan cepat selesai, artinya ada waktu untuk membuat kue. Lebaran #DiRumahAja ga ada tamu kan, buat apa susah-susah bikin kue kering? 

Hmm belajar dari tahun-tahun lalu, kue-kue kering ini pasti tandas sebelum lebaran, karena habis dicemal-cemil sebagai takjil atau kudapan usai tarawih. Daripada beli, mending bikin sendiri. Irit. Kaastengels ala saya ini misalnya. Bahannya murah meriah. Tepung terigu pakai tepung sisa membuat gorengan pekan lalu, keju 12 ribu beli di toko bahan kue dekat rumah, telur ayam lagi muraah banget sekarang. Margarine sisa olesan roti tempo hari. Maka jadilah kaastengels satu toples sedang....sekarang sudah sisa di dasar toplesnya doang.

Menulis, ya memang inilah sumber penghasilan saya pribadi, untuk sedikit bantu-bantu suami. Menulis sore hari usai memasak atau membuat kue, mandi, badan segar, rasanya fresh buat menulis satu artikel 300 kata. Paling suka ngabuburit dengan menulis. Karena saat menulis saya pun dipaksa membaca. Darimana bahan tulisan kalau tidak mau membaca demi menambah wawasan, betul? 

Dan menjelang berbuka puasa harus menyempatkan menonton televisi sekalian mendengarkan tausiyah. Sebab salah satu tugas School From Home si bontot adalah membuat rangkuman tausiyah di televisi. Selain itu menonton televisi menjelang berbuka itu wajib hukumnya, fungsi utamanya mengetahui saat adzan Maghrib berkumandang. Sunnah berbuka adalah segerakanlah.

Tapi sebelum memasuki waktu berbuka, alangkah baiknya jika menyempatkan mengaji, selembar dua lembar kitab suci. Ini Ramadhan kawan, sayang jika dilewatkan tanpa target mengkhatamkan Al Qurán. Lebih baik lagi jika tidak sekadar mengejar jumlah lembar dan halaman, tetapi juga mengkaji hikmah yang didapatkan. Jika hari-hari biasa hanya membaca tanpa memahami makna, usahakan di bulan Ramadhan sekalian membaca tafsirnya. InsyaAllah hikmah mendalam akan membawa perubahan. Setidaknya setiap Ramadhan kita punya kenangan, membaca Al Qurán sekaligus memahami makna dan hikmah yang tersimpan.

Seperti misalnya, hari ini saya seperti diingatkan oleh surat Saba' ayat 25

Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat".

Ayat ini menegaskan bahwa di akhirat kelak, kitalah yang dimintai pertanggungjawaban atas  perbuatan kita, bukan orang lain. Maka sudah sepatutnya memperbanyak muhasabah daripada sibuk menilai dan menghakimi orang lain.  Duuh langsung buru-buru istighfar. Berharap tak mengulangi kesalahan yang sama, selalu memandang kekurangan orang lain, padahal diri sendiri jauh lebih hina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun