Mohon tunggu...
Dwi Aprilytanti Handayani
Dwi Aprilytanti Handayani Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer Jawa Timur

Alumni Danone Digital Academy 2021. Ibu rumah tangga anak 2, penulis konten freelance, blogger, merintis usaha kecil-kecilan, hobi menulis dan membaca Bisa dihubungi untuk kerjasama di bidang kepenulisan di dwi.aprily@yahoo.co.id atau dwi.aprily@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Yang Tercecer dari PPI 2015

13 Agustus 2015   08:53 Diperbarui: 13 Agustus 2015   08:53 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beruntungnya surabaya dinobatkan sebagai tuan rumah PPI 2015. Baru kali ini saya bisa mengunjungi pameran akbar kelas nasional, gratis, nyaman dan bebas minum atau makan. Pernah loh saya mengajak anak-anak menghadiri acara expo untuk keluarga di Grand City ada HTM beberapa puluh ribu dan dilarang makan dan minum. Alasannya cukup logis : biar gak nyampah. Tapi PPI 2015 beda banget euy. Pengunjung bebas makan dan minum. Capek berkeliling area pameran disediakan lounge yang nyaman. Tempat duduknya empuk dilengkapi meja. Aneka jajajan dan minuman yang dijual di stand peserta pameran bisa dinikmati di sini, diiringi live music dari atas panggung. Mirip kongkow di kafe yang homy.

 

Tempat sampah juga disediakan di berbagai sudut. Bahkan stand PT. Dirgantara Indonesia yang pengunjungnya gak bakalan nyampah (karena PT. DI kan gak jual produk makanan atau minuman) menyediakan tempat sampah.

 

 

 

Dan....saya salut sama petugas kebersihan selama pameran digelar. Mirip di mall banget nih, setiap beberapa menit langsung beraksi. Sehari dua kali saya ke tempat pameran (pagi dan sore) lokasinya tetep bersih bersinar. Sempat melihat mbak petugas kebersihan ini dengan telaten menyapu remahan makanan, entah biskuit, roti atau apalah apalah. Kalau ditanya kok telaten banget jawabnya pasti "saya hanya melaksanakan tugas".

Jadi mikir kalau setiap orang di Indonesia melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik dan benar pastilah beberapa tahun ke depan Indonesia raya kita benar-benar jadi Indonesia Raya. Bicara soal sampah sebenarnya  di PPI 2015 saya pengen nemuin stand tentang bank sampah. Di daerah Bandung konon Bank-bank sampah ini digalakkan. Di Denpasar malah ada ATM sampah, orang masukkan sampah di mesin eh keluar struk yang bisa ditukar uang sesuai yang tertera dalam struk, ngga besar sih hanya beberapa ribu rupiah tapi tetep bakal menjadi pengingat orang untuk tidak sembarangan membuang sampah. Bagusnya di PPI masih ada stand yang memamerkan hasil "ini lho yang kata kalian sampah, ternyata bisa jadi produk bermanfaat" seperti stand Hey Startic, produsen tas cantik berbahan zak semen. Coba kalau makin banyak stand yang produknya memiliki inovasi serupa pasti menginspirasi lebih banyak orang untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Peduli dengan kebersihan lingkungan artinya peduli terhadap bumi dan membuktikan kalau kita mencintai Tuhan. Bukankah menjaga kebersihan sebagian dari iman?. 

Perasaan saya kok suka banget ngomong masalah sampah ya. Di lomba blog #BekasJadiBerkah kemarin saya cerita tentang pak Mat, tukang sampah di perumahan. Sebentar saya mau cek dulu, jangan-jangan saya juga suka menyampah dan kurang mampu mengelola sampah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat untuk mengurangi beban Pak Mat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun