Kehidupan manusia terdiri dari perbedaan. Sebagai agama yang disebut sebagai rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi seluruh alam), Islam mengajarkan kita untuk memahami, menghargai, dan bijak menangani perbedaan. Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW memberikan petunjuk yang jelas tentang bagaimana kita seharusnya menangani perbedaan dan menggunakannya sebagai rahmat yang memperkaya kehidupan kita.Perbedaan sebagai rahmat Allah terdapat pada sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim "Perbedaan di antara umatku adalah rahmat." Hadist ini menunjukkan bahwa Allah membuat perbedaan dalam pemahaman, praktik ibadah, dan aspek kehidupan lainnya sebagai rahmat. Perbedaan ini memungkinkan umat Islam untuk saling belajar, memahami, dan meningkatkan pengalaman spiritual mereka satu sama lain.
Panduan Al-Qur'an tentang Perbedaan Selain hadits, Al-Qur'an juga menawarkan petunjuk yang jelas tentang cara berperilaku terhadap perbedaan. Dalam Surah Al-Hujurat ayat 13, Allah SWT berfirman: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." Ini menunjukkan bahwa perbedaan suku, bangsa, dan ras adalah bagian dari ciptaan Allah yang harus dihargai. Ketakwaan, (bukan perbedaan fisik atau etnis) adalah ukuran kemuliaan di sisi Allah.
Nabi Muhammad SAW menekankan betapa pentingnya kesetaraan di antara manusia. Beliau bersabda: "Perhatikanlah, sesungguhnya kebaikanmu bukan karena kamu dari kulit merah dan tidak pula dari kulit hitam, melainkan karena ketakwaan kepada Allah SWT." Hadits ini menegaskan bahwa iman dan takwa seseorang lebih penting daripada status sosial atau ras.
Toleransi dalam Islam diajarkan melalui prinsip tasamuh, yang berarti menghargai dan menghormati perbedaan, dan mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti agama, budaya, dan adat istiadat. Piagam Madinah yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW adalah contoh nyata dari bagaimana prinsip ini diterapkan. Piagam tersebut menunjukkan bahwa Islam menghargai perbedaan agama dan keyakinan dengan menjamin hak-hak kaum Yahudi dan non-Muslim lainnya untuk hidup berdampingan secara damai dengan umat Islam di Madinah.
Menyikapi Perbedaan Pendapat, perbedaan pendapat telah ada sejak zaman sahabat Nabi dan merupakan hal yang wajar. Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa perbedaan pendapat harus disikapi dengan bijak dan penuh hikmah. Beliau bersabda: "Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan, oleh karena itu jika kamu melihat perbedaan, hendaklah kamu berpegang kepada mayoritas." (HR. Ibnu Majah). Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya untuk bermusyawarah dan mencapai kemufakatan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat.
Nabi Muhammad SAW memberikan teladan yang luar biasa dalam menangani perbedaan. Beliau selalu fleksibel dan menghargai berbagai praktik ibadah dan kebiasaan yang tidak bertentangan dengan syariat. Misalnya, Nabi memberikan nasihat dengan lembut dan penuh hikmah ketika seorang sahabat sholat dengan cara yang berbeda. Dia tidak langsung menegurnya. Ini menunjukkan bahwa menjadi lembut dan bijak adalah kunci dalam menangani perbedaan.
Umat Muslim memiliki tanggung jawab besar untuk menangani perbedaan dengan bijak. Sebagai umat yang dididik untuk menjadi rahmatan lil 'alamin, kita harus mampu menjadi contoh yang baik dalam menghargai orang lain. Ini termasuk menghormati hak-hak orang yang tidak beragama Muslim yang hidup dalam masyarakat Muslim, menjaga kerukunan antar umat beragama, dan terlibat aktif dalam kerja sama lintas agama. Sikap ini tidak hanya akan mempererat persaudaraan tetapi juga akan meningkatkan gambaran Islam sebagai agama yang damai dan toleran.
Jadi, salah satu ajaran utama Islam adalah menangani perbedaan umat manusia dengan bijak. Menurut panduan Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad SAW, perbedaan adalah rahmat yang harus diakui dan dihargai. Dalam menangani perbedaan, Islam mengajarkan toleransi, tenggang rasa, dan saling menghormati, baik di antara orang Muslim maupun non-Muslim. Kita dapat memanfaatkan perbedaan untuk mencapai kebaikan bersama dan menciptakan kehidupan yang harmonis dan damai dengan cara ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI