Pada Hari Minggu yang lalu, tanggal 20 Februari 2011 saya naik Lion Air JT-583, penerbangan terakhir dari Surabaya - Jakarta ETD 21.30. Di check in counter sudah tertera delayed 1 jam. Dua minggu yang lalu, juga menggunakan jadwal penerbangan yang sama, juga mengalami delayed. Bahkan satu kali lain di tanggal 13 Januari 2011 yang lalu, nomor penerbangan yang sama baru diberangkatkan hampir jam 1 dengan alasan yang sangat aneh dan terkesan dibuat-buat seperti pesawat sudah tiba, tetapi ada masalah, sebentar kemudian, pesawat tertunda di Balikpapan dsb sampai-sampai petugas di Bandara Juanda hampir dikeroyok oleh serombongan penumpang yang sudah sangat marah.
Kejadian Hari Minggu tanggal 20 Februari kemarin, pesawat dijanjikan delay hanya 1 jam, tetapi kenyataannya baru diberangkatkan pukul 23.40 atau telat 2 jam 10 menit.
Masih segar dalam ingatan, minggu kemarin 2 hari berturut-turut 2 pesawat Lion Air tergelincir di Pekanbaru, 2 hari setelah itu pesawat Lion Air "tabrakan" dengan pesawat lainnya di bandara Soekarno Hatta ketika sedang didorong mundur oleh towing car.
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, ada serangkaian kesalahan-kesalahan kecil yang berakumulasi dan hanya perlu satu kesalahan kecil berikutnya untuk memicu kecelakaan fatal.
Apa yang terjadi di Pekanbaru, Jakarta, Surabaya dan mungkin juga terjadi di tempat lain tidak terjadi dengan kebetulan. Bagi yang sering terbang dengan berbagai maskapai penerbangan mungkin ada beberapa yang menyadari bahwa walaupun Lion Air mengaku memiliki armada berusia termuda yang langsung didatangkan dari Amerika Serikat, namun kualitas interiornya sangat buruk. Beberapa yang saya sebutkan dibawah terjadi / terdapat di hampir semua pesawat baru Lion yang saya tumpangi:
- Banyak Reclining Seat-nya sudah rusak (tidak berfungsi) sehingga aba-aba "tegakkan sandaran kursi" tidak berlaku lagi karena begitu disandar, sandarannya rebah lagi dengan sendirinya.
- Walaupun masih baru, pengunci meja makan di kursi penumpang sudah banyak yang rusak dan disekrup dengan sekrup biasa saja.
- Tali seat belt tidak standar karena lebih tipis dari biasanya sehingga walaupun sudah mengencangkannya, sebentar saja sudah longgar dengan sendirinya. Harusnya seat belt adalah perlengkapan keamanan yang sangat vital. Jika tanpa dengan sengaja mengangkat tuasnya saja sudah bisa longgar, apa gunanya lagi mengencangkan sabuk pengaman?
- Hampir di setiap penerbangan Lion Air selalu terjadi "double seating", artinya ada penumpang yang mendapatkan nomor kursi yang sama sehingga flight attendant perlu mencarikan kursi yang kosong.
- Over capacity. Menurut informasi resmi di situs Boeing, kapasitas penumpang maksimal Boeing 737-900 adalah 189 penumpang (konfigurasi 1 kelas ekonomi). Informasi yang kurang lebih sama juga bisa dibaca di inflight magazine LionMag, mungkin ada sedikit perbedaan konfigurasi saja. Namun kenyataannya Lion Air memaksakan memasukkan 213 penumpang dalam 1 pesawat (nomor tempat duduk sampai 38, satu baris 6 tempat duduk dikurangi beberapa yang kebetulan duduk di baris pintu darurat).
- Semua pesawat Lion Air mendarat jauh lebih keras dibandingkan dengan maskapai lain manapun yang pernah saya naiki. Bukan hanya 1-2 kejadian, pengalaman saya adalah terjadi di "semua" dan setiap pendaratan Lion Air.
- Tidak memiliki kotak P3K. Kebetulan sekali pada penerbangan Hari Minggu kemarin rekan saya agak demam dan kedingingan didalam pesawat. Ketika saya meminta selimut, diberitahu oleh pramugari bahwa tidak ada selimut didalam pesawat. Karena rekan saya sepertinya agak drop kondisinya, kembali saya meminta termometer, alat pengukur tekanan darah atau peralatan kesehatan apapun yang ada, kembali saya terkaget-kaget diberitahu didalam pesawat tersebut tidak ada.
Sulit dipastikan ada apa sebenarnya didalam organisasi Lion Air, tetapi indikator yang terlihat dari luar menunjukkan bahwa mulai ada gejala-gejala yang kurang sehat dalam tubuh Lion Air. Terlalu seringnya delay adalah analogi yang tepat untuk "gali lobang tutup lobang" untuk perusahaan dagang konvensional. Setengah tahun sebelum almarhum, semua yang naik Mandala dalam periode tersebut pasti sudah mahfum betapa buruknya on time schedule pesawat Mandala.
Tahu mengapa pesawat Lion Air JT-583 dari Surabaya harus delay sampai 2 jam? Ternyata menunggu penumpang yang masih akan naik agar tidak ada bangku yang kosong. Pengumuman pramugari, "Selamat malam dan selamat datang para penumpang Lion Air. Kami mohon maaf atas keterlambatan yang dikarenakan masih harus menunggu penumpang...." disambut dengan huu... panjang penumpang yang sudah stress dan menunggu didalam pesawat lebih dari 1 jam.
Selamat datang diera "terbang dengan standar layanan bis umum", selamat datang di Lion Air.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H