Mohon tunggu...
Dvi Shifa
Dvi Shifa Mohon Tunggu... profesional -

Am I global citizen? Just an ordinary Indonesian citizen and am sad to see that my homeland has entered "a crisis of identity" phase.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sampah dan Banjir

14 Januari 2014   21:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:50 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Jakarta diguyur hujan deras. Jakarta banjir. Penduduk menderita. Para penguasa dan pejabat bekerja mati-matian menanggulangi banjir dan berusaha mengurangi penderitaan penduduknya.

Saya enggan ikut-ikutan berkomentar baik mendukung ataupun menghujat kinerja pemimpin DKI. Biarkan orang lain saja yang berkomentar. Memang lebih gampang berkomentar dan menyalahkan ketimbang menyodorkan solusi...:)

Yang ingin saya utarakan dan kritik justru "kebiasaan buruk" membuang sampah seenaknya itulah yang seharusnya dikoreksi! Semoga saja pendapat saya tidak up-to-date karena sudah hampir 4 tahun saya meninggalkan tanah air dan belum pernah kembali lagi.

Namun intinya adalah, kita belum mempunyai kesadaran tinggi untuk membuang sampah pada tempatnya. Membuang puntung rokok setelah merokok pun seenaknya saja dilakukan di manapun. Sepertinya tempat sampah adalah benda terakhir yang ada di benak kita.

Sampah rumah tangga? Sudah lama saya mendengar gagasan  untuk memilah-milah menjadi 3 jenis sebagaimana umumnya yang dilakukan di negara-negara maju.  Sampah basah rumah tangga masuk ke dalam golongan sampah organik. Kertas-kertas bekas, plastik, masuk ke dalam kategori sampah kering yang dapat didaur ulang. Bekas baterai, bohlam lampu bekas, itu termasuk sampah-sampah yang tidak bisa didaur ulang. Dan setahu saya, kegiatan ini belum seluruhnya dilakukan di seantero perumahan penduduk di Jakarta.

Padahal demi kesehatan, keselamatan, dan keamanan kita sendiri, mengapa tidak masyarakat berinisiatif bergerak sendiri alih-alih menunggu komando dari atas? Karena dampaknya sudah sering terlihat, ketika musim penghujan datang, banyak wilayah yang terendam banjir. Dampaknya? Saya tidak perlu uraikan lebih panjang lagi. Karena seharusnya pola pikir kita yang diubah.

Demi tidak banjir lagi. Demi kebaikan bersama, apakah terlalu sulit untuk berinisiatif terlebih dahulu? Rasanya sih tidak.

Salam prihatin!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun