Mohon tunggu...
Duwi Setiya Ariyanti
Duwi Setiya Ariyanti Mohon Tunggu... -

Jujur dan tepat waktu

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Kereta, Dihina tapi Dirindukan

6 Desember 2012   16:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:05 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Apa kabar para tukang koran? Pasti mereka kehilangan pelanggan. Lalu apa kabar dengan penumpang lantai dua? Ke mana mereka? Tak pernah tahu kondisi terakhir Stasiun Besar Bogor setelah longsor yang terjadi Rabu (21/11/2012) di rel antara Stasiun Bojong Gede dan Cilebut.

Masyarakat yang dari atau ke  Bogor tak lagi dapat menggunakan si kuda besi itu untuk mengantarnya ke tempat kerja atau pun sekolah.  Sementara di Terminal Baranang Siang, asap-asap bus membumbung tinggi. Penumpang kian padat. Banyak orang yang kini berganti hati dengan menggunakan bus demi mencapai tujuannya. Seperti KRL, bus juga punya kasta masing-masing. Ada yang dilengkapi AC dan melewati jalan tol, ada yang tanpa AC tapi melewati jalan tol, serta ada pula yang tanpa keduanya.

Biaya di jalanan beraspal lebih tinggi dibanding di atas rel. Perbedaannya bisa mencapai dua kali lipat dari biasanya. Sementara penumpang merogoh kocek lebih dalam, waktu tempuh ikut bertambah. Mereka harus menyambung dengan transportasi lain dengan jarak jauh, waktu lama dan tentunya ongkos yang mahal.

Belum lagi jika tiba di terminal ternyata busnya masih kosong. Alhasil, harus menunggu sampai kursi penumpang terisi semua. Tak seperti KRL yang sudah memiliki jadwal pasti sehingga penumpang tak perlu menunggu lama.

Lain halnya saat jam pulang kantor tiba, kondisi di Pasar Rebo lebih heboh. Riuh penumpang begitu terasa. Penumpang berdiri hingga ke tengah jalan demi mendapat bus. Penumpang tak mempedulikan keselamatan mereka. Satu hal yang terlintas, bagaimana saya cepat mendapat bus, duduk, tidur lalu sampai ke rumah?

Beberapa hari berselang, mulai terasa. KRL yang dihina, kini dirindukan. Mulai dari suasana hingga kejadian-kejadian unik yang melengkapinya. Meski belum dapat tampil memuaskan, KRL dapat mengangkut ratusan penumpang dalam sekali jalan. Cepat, murah dan praktis.

Carut-marut perkertaapian tak lepas dari pengguna, pemerintah ataupun penyedia jasa layanannya Cacatnya sinergi ketiganya sangat berperan dalam mengembangkan moda transportasi warisan Belanda ini. Seiring berkembangnya penduduk, mau tidak mau pemerintah harus meningkatkan efektivitas kereta api, khususnya KRL Jabodetabek.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun