Mohon tunggu...
Duwi Mulya Sari
Duwi Mulya Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa

Mahasiswa Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mempertahankan Tradisi Bakar Tongkang, Ritual Peringatan Leluhur Masyarakat Tionghoa di Riau

28 Juni 2024   14:12 Diperbarui: 28 Juni 2024   17:51 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Riau, provinsi yang kaya akan keragaman budaya, menjadi tempat tinggal bagi komunitas Tionghoa yang telah lama menetap di wilayah ini selama berabad-abad. Salah satu tradisi budaya yang khas dan tetap dipertahankan oleh masyarakat Tionghoa di Riau adalah ritual bakar tongkang. Ritual ini tidak sekadar upacara pembakaran perahu kertas, namun juga memiliki makna spiritual yang mendalam bagi komunitas Tionghoa yang tinggal di Riau.

Bakar tongkang atau biasanya dikenal sebagai Go Gek Cap Lak (dalam Bahasa Hokkien) adalah sebuah ritual masyarakat Tionghoa yang diadakan setiap tahunnya. Bagi masyarakat Tionghoa, ritual bakar tongkang merupakan sebuah upacara peringatan untuk menghormati para leluhur yang telah tiada. 

Tongkang (perahu atau kapal dengan ukuran yang agak besar), dibakar dan dikirimkan ke alam baka, diyakini sebagai sarana komunikasi antara generasi sekarang dengan para pendahulu mereka. Melalui ritual ini, masyarakat Tionghoa berharap dapat menyampaikan rasa terima kasih, meminta restu, serta mempererat ikatan spiritual dengan leluhur.

Selain itu, tradisi bakar tongkang juga mengandung filosofi tentang siklus kehidupan manusia. Pembakaran tongkang melambangkan pelepasan ikatan duniawi dan perjalanan menuju alam baka. Proses ini dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari perputaran kehidupan, di mana kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan yang baru di alam lain. 

Mereka meyakini adanya reinkarnasi, yaitu kepercayaan bahwa setelah seseorang meninggal, jiwanya akan terlahir kembali dalam bentuk kehidupan yang baru. Keyakinan ini menyatakan bahwa bukan wujud fisik yang akan dilahirkan kembali, melainkan ruh atau jiwa dari orang tersebut yang akan mengambil bentuk kehidupan baru sesuai dengan perbuatan-perbuatannya di masa lalu.

Di tengah gemparnya era globalisasi dan perubahan zaman, masyarakat Tionghoa tetap mempertahankan budaya dan tradisinya, mereka menekankan bahwa pentingnya menjaga warisan budaya leluhur. Tradisi bakar tongkang ini diharapkan dapat menjadikan hidup makin beruntung dan makmur. 

Selain itu, mereka juga berharap dengan adanya ritual ini yang diadakan setiap tahunnya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan pariwisata yang ada di Riau. Setiap tahunnya, ritual acara bakar tongkang ini dapat menarik banyak wisatawan dari berbagai daerah bahkan negara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan dan sebagainya. Tradisi bakar tongkang ini telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. 

Meskipun menghadapi tantangan modernisasi, masyarakat Tionghoa di Riau tetap berkomitmen untuk melestarikan dan mewariskan ritual bakar tongkang kepada generasi mendatang. Ritual ini tidak hanya mengikat hubungan dengan leluhur, tetapi juga menjadi simbol identitas budaya Tionghoa yang kuat. Dengan tetap memelihara tradisi ini, masyarakat Tionghoa di Riau berharap dapat menjaga keseimbangan antara warisan masa lalu dan tuntutan zaman, serta memperkaya keberagaman budaya yang menjadi kekayaan provinsi Riau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun