Peluk bukan selalu tentang dua insan atau lebih yang sedang berdekap tangan dan saling merangkul satu sama lain dengan kontak fisik, tapi peluk juga bisa tentang siapa yang menampungmu saat sedang jatuh terluka. Mereka yang bisa bersimpati kepadamu. Karena sebenarnya masalah -- masalah di sekitar kita yang semestinya bisa kita bantu menyelesaikannya,Â
tapi kadang kita tidak begitu peduli dengan apa yang terjadi disekitar kita, bahkan sampai seolah olah tidak tahu jikalau ada orang yang membutuhkan "peluk" tersebut, sebenarnya mudah, kita bisa menjadi sebuah wadah kepada orang yang butuh,Â
mulai dari teman cerita sebagai obat untuk mereka, sampai menjadi penghapus untuk menghapus semua kesedihannya walaupun kita tidak selalu bisa menjadi pensil warna yang mewarnai hidupnya. Terkadang seseorang sampai suka bingungÂ
mikirin apa yang menghantui pikirannya, mulai dari trauma yang bekelanjutan sampai masalah yang dihadapi sekarang. Sampai mereka ga sadar kalo mereka punya system kebahagiaan masing -- masing, karena sebesar besarnya masalah kita,Â
pasti ada yang namanya 'system support' yang kadang kita tidak sadari yang membuat semua menjadi baik baik saja. Hanya karena seseorang itu berbeda tidak berarti apapun telah berubah mungkin saja seseorang itu sedang menghadapi pikiran yang berat,
 kita harus menjadi 'peluk' bersimpati kepadanya bukan mengabaikan, bukan seperti apa kebahagiaan yang diinginkannya, tapi ini tentang seperti apa penderitaan yang seseorang siap tahan, karena semua orang punya kapasitas dan porsi masing masing, ada yang 'begini' udah kewalahan, ada yang 'begitu' udah kebingungan, bahkan ada yang mencoba dan mencoba, perihal terpuruk sampai hilang asa bangkit tidak perlu perihal pulih terkadang memang bisa sembuh dengan waktu.Â
Semua orang pasti pernah terjatuh, memang waktu berjalan maju tapi kadang pikiran selalu berjalan mundur, kata orang hidup bukan cuman bisa dipahami mundur tapi harus dijalani kedepan, karena sejatinya hidup memang tidak selalu berjalan sempurna tapi harus bersyukur dengan apa yang kita jalani mulai detik ini sampai nanti, walaupun tidak berdamai dengan dunia dan siapapun semoga tetap bisa mengobati walau membiru. SEMANGAT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H