Mohon tunggu...
Duta Aulia
Duta Aulia Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekerja.

Mata dua mulut satu.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kejahatan Siber Makin Masif, Kolaborasi Semua Pihak Diperlukan untuk Meminimalisasi

28 Oktober 2020   10:45 Diperbarui: 5 November 2020   17:00 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi peretasan - shutterstock

"Kebanyakan teman-teman yang berbicara teknologi lupa suatu hal. Mereka hanya fokus kepada pasar. Tapi faktor edukasi ke pelanggan dilupakan. Padahal suatu kelangsungan hidup perusahaan teknologi bergantung pada pelanggan," jelas Ardi.

Kondisi lain diperburuk dengan masih minimnya kesadaran perusahaan untuk mengantisipasi kejahatan siber. Bahkan, antisipasi kejahatan siber cenderung ditanggap tidak terlalu penting.

 "Hampir semua industri bahkan, itu anggaran terutama untuk keamanan siber sangat rendah. Kalau kita lihat dari tahun 2017 sampai 2020 itu proyeksinya kecil sekali anggarannya. Sementara investasi untuk layanan digital meningkat, infrastruktur meningkat. Tapi keamanan siber sangat rendah," jelasnya.

Menurut Ardi, di tengah masifnya pemanfaatkan dunia digital, setiap perusahaan harus secepat mungkin meningkatkan anggaran untuk keamanan siber. Jangan sampai perusahaan menunggu dulu untuk merasakan serangan siber baru membenahi sistem keamanan mereka.

"Diperlukan suatu kesadaran dari pimpinan perusahaan bahwa keamanan siber adalah sangat penting. Sebab saat ini semua konektivitas kita berkaitan dengan teknologi dan mau enggak mau keamanan siber harus dipikirkan," ujarnya.

Langkah selanjutnya yang bisa perusahaan lakukan adalah meningatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM).

 Ardi berpandangan, ada dua tipe SDM yang bisa dimanfaatkan oleh para perusahaan, yaitu bersertifikat dan otodidak. Dimana kedua tipe tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. 

 "SDM secara jujur di Indonesia masih sangat minim terutama mereka yang memiliki sertifikasi. Namun, kalau yang otodidak banyak tapi yang jadi persoalan pertanggung jawab secara profesionalnya bagaimana," ungkap Ardi.

Selain itu Ardi juga berpesan, sebaiknya setiap orang menggunakan teknologi dengan cara yang lebih bijak agar terhindar dari serangan siber.

 Setiap orang tidak boleh secara asal menginstal aplikasi di smartphone. Karena setiap orang tidak mengetahui risiko dari aplikasi yang diinstalnya. Ia juga menyarankan, sebaiknya menghapus aplikasi yang tidak digunakan karena dapat memperlambat sistem kerja smartphone dan bisa berpontensi mengalami peretasan.

 "Jangan asal download aplikasi, karena kita tidak tau apakah aplikasi yang di-download membawa ancaman atau tidak pada data pribadi kita," jelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun