Awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan virus corana jenis baru atau secara resmi oleh WHO disebut sebagai Covid-19. Virus yang awalnya mewabah di Wuhan China cukup menyita perhatian berbagai negara di dunia.Â
Melansir Reuters, virus tersebut tidak begitu mematikan jika dibandingkan dengan kerabatnya, seperti MERS ataupun SARS. Jika dilihat secara statistik, sumber tersebut menyebutkan skala kematian dari Covid-19 hanya sebesar 2,2% atau bisa dikatakan dari 50 orang yang menderita penyakit tersebut hanya 1 orang yang memiliki kemungkinan meninggal.
Berdasarkan usia, Statista mengatakan, tingkat kematian dari Covid-19 lebih didominasi oleh seseorang yang berusia di atas 80 tahun. Selain itu, untuk seseorang yang berusia 60 sampai 79 tahun angka kematian akibat virus tersebut masih tergolong tinggi.
Meskipun begitu, tingkat penyebaran virus corona / Covid-19 cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, dalam kurun waktu 2 bulan semenjak ditemukan, virus tersebut telah menyebarkan hampir ke berbagai belahan dunia.
Bukan hanya dapat menyerang kesehatan setiap orang, virus tersebut juga sukses menghantam perekonomian. Bloomberg Economics dalam rilisnya pada Februari 2020 mencatat, akibat Covid-19, Â Hong Kong menjadi yang paling merasakan dampak penurunan pertumbuhan ekonomi.
Sumber tersebut mengatakan, pada 2020, Hong Kong mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,74%. Selain karena Covid-19, anjloknya pertumbuhan ekonomi Hong Kong juga disumbang oleh kondisi politik yang sedang tidak stabil dengan ditandai maraknya aksi demonstrasi.
Selain Hong Kong, Korea Selatan juga diprediksi mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,40% dan disusul oleh Brasil yang mencapai 0,32%. Sementara untuk skala yang lebih besar, sumber tersebut memprediksi penurunan pertumbuhan ekonomi dunia akan mengalami penurunan mencapai 0,41%.
Senada dengan sumber tersebut, Presiden Bank Dunia, David Malpass mengatakan, Covid-19 yang telah menewaskan ribuan orang di China menjadi ancaman tersendiri bagi pertumbuhan ekonomi global.
Malpass mengungkapkan, dalam perdagangan China banyak komoditas yang dikirim ke seluruh dunia memanfaatkan pesawat komersial.
Ia mencontohkan, saat Covid-19 menyebar, maskapai di seluruh dunia telah menangguhkan penerbangan ke dan dari China. Bahkan, ada negara-negara tetangga yang telah menutup perbatasan mereka agar terhindar dari Covid-19.
Benar saja, TrenForce Februari 2020 menyebut, Covid-19 sukses menghantam industri elektronik China. Secara spesifik, TrendForce merincikan, untuk produksi jam pintar mengalami penurunan pengiriman produk mencapai 16%.  Sementara itu, untuk Notebook mengalami penurunan hingga 12,3% dan ponsel pintar mencapai 10,4%.