Mohon tunggu...
Duta Aulia
Duta Aulia Mohon Tunggu... Jurnalis - Pekerja.

Mata dua mulut satu.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Cureng, Pesawat Asing yang Pernah Diikat oleh Indonesia

20 Juni 2019   16:56 Diperbarui: 20 Juni 2019   17:08 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini dunia perbangan Indonesia sedang menghadapi berbagai macam guncangan, seperti mahalnya harga tiket pesawat dan rencana beroprasinya maskapai asing di Indonesia. Bisa dikatakan, kedua guncangan tersebut dapat memberikan dampak dan warna tersendiri bagi perkembangan dunia penerbangan Indonesia.

Banyaknya warna yang menghiasai dunia penerbangan, rasanya sangat menarik untuk mengulik lebih dalam tentang hal tersebut. Tak hanya penerbangan komersial yang menarik untuk ditelusuri, pembahasan tentang penerbangan militer, khususnya militer Indonesia juga tak kalah menarik.

Dilansir dari Harian Kompas, edisi 27 Agustus 2017, Republik Indonesia pada Oktober 1945 berhasil menguasai Pangkalan Udara Maguwo (saat ini Bandara Undara International Adisutjipto) dan menguasai 50 pesawat latih Chukan Ressuki atau Churen dengan pelafalan Indonesia disebut Cureng. Tak hanya mendapatkan Cureng, dalam misi menguasai Pangkalan Udara Maguwo, para pejuang juga mendapatkan berbagai jenis pesawat lainnya seperti Hayabusha, Nihikoren, Cukiu, dan lainnya.

Cureng bisa dikatakan merupakan pesawat militer pertama RI. Menariknya, Cureng ketika itu merupakan pesawat latih yang digunakan Angkatan Laut Jepang ketika masih meduduki Indonesia. Meskipun sukses merebut bandara tersebut dari tangan Jepang, pascaperebutan, ternyata para pejuang memiliki "perkerjaan rumah" yang cukup besar, yaitu kurangnya sumber daya manusia untuk memanfaatkan pesawat-pesawat tersebut.

Menyikapi permasalahan tersebut, Suryadi Suryadarma yang merupakan mantan navigator di pesawat pengebom B-10 Glen Martin UI Hindia Belanda semasa Perang Dunia ke II, diberi tugas oleh pemerintah untuk membentuk angkatan udara atau yang biasa disebut dengan AURI.

Untuk memecahkan permasalahan tersebut tidaklah mudah. Suryadi harus memanggil Putra Terbaik Indonesia yaitu Ignatius Adisutjipto dan Sambudjo. Kedua orang tersebut merupakan penerbang militer kelas II pada zaman penjajahan Belanda. Akan tetapi ketika masa itu beredar infomasi, Sambudjo telah meninggal di Australia.

Meskipun satu dari dua orang tersebut telah meninggal, rasanya "Dewi Fortuna" masih berpihak kepada Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan Adisutjipto berhasil ditemui di Magelang.

Tak hanya ditemui, Adisutjipto juga memberikan respon positif dengan turut serta dalam memecahkan permasalahan tersebut. Dirinya memutuskan untuk bergabung di lembaga yang dipimpin oleh Suryadi Suryadarma.

Setelah bergabung, Adisutjipto diberi pangkat Komodor Muda Udara (setara Kolonel). Tak hanya pangkat yang diberikan, dirinya juga diberikan kewajiban untuk mendidik secepatnya penerbang-penerbang angkatan udara yang waktu itu masih berstatus TKR (Tentara Keamanan Rakyat).

Bermodalkan sejumlah pesawat sitaan, seperti Cureng dan pesawat lainnya yang berhasil diperbaikin, pada 15 November 1945, Adisutjipto mendirikan Sekolah Penerbangan Angkatan Udara pertama di Indonesia.

Menariknya, proses perbaikan pesawat tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi AURI. Menurut catatan sejarah, perbaikan pesawat tersebut mengalami kendala karena tidak adanya buku manual terbang yang menjadi panduan bagi para penerbang AURI.

Meskipun telah diperbaiki, pesawat tersebut baru diuji coba pada 27 Oktober 1945 pukul 10.00 WIB oleh Agustinis Adisutjipto yang didampingi Rudjito. Menariknya, momen spesial tersebut bisa dikatakan merupakan penerbangan militer pertama Indonesia.

Ketika diterbangkan, pesawat tersebut memiliki wing penerbang yakni, Groot Militaire Brevet. Tak hanya hanya itu, untuk menambah semangat nasionalisme, pesawat tersebut dicat kembali dengan warna Merah Putih.

Eksistensi pesawat produksi Jepang tersebut, tak hanya sampai di situ. Pascaperbaikan dan uji coba untuk penerbangan pertamanya, pesawat tersebut juga berkontribusi untuk melawan agresi Belanda tahun 1945-1947.

Ketika misi besar tersebut, pesawat militer pertama RI itu awalnya hanya digunakan untuk latihan terbang para penerbang di AURI. Namun, karena keterbatasan armada pesawat tempur dan untuk melawan agresi militer Belanda, pesawat tersebut sengaja mengalami 'penyesuaian' untuk dapat menjadi pesawat tempur.

Uniknya, di bagian tempat duduk belakang yang biasanya ditempati oleh instruktur, diubah dengan dipasang senapan mesin. Tak hanya ditambah dengan senapan mesin, dari artikel yang dikutip Harian Kompas edisi 29 Juli 1975, pesawat tersebut juga dipasangi bom.

Mungkin yang terlintas di benak kita, pemasangan bom di pesawat tersebut akan menggunakan teknologi canggih atau apapun agar terlihat rapih dan aman. Namun bom yang dipasangkan di pesawat Cureng hanya diikat dengan tali dan digantungkan di sayap kiri dan kanan. Bom yang terbalut di pasawat tersebut juga memiliki berat masing-masing sebesar 50kg.

Kreatifitas masyarakat Indonesia rasanya patut diacungkan jempol. Pasalnya, untuk menjatuhkan bom tersebut dari udara, pesawat sudah dipasangi oleh "handel kayu".

Patut dibanggakan, cara tersebut ternyata cukup berguna dalam mensukseskan misi penyerangan tersebut.

Jika kalian penasaran untuk melihat bentuk asli dari pesawat tersebut. Kalian bisa kunjungi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Pangkalan Udara Adi Sutjipto Yogyakarta.

Sumber: Harian Kompas 1975, 1990, dan 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun