Mohon tunggu...
Dustin Dwi N
Dustin Dwi N Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercubuana

Dustin Dwi Novpriyo_41120010024_Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Semiotika Komunikasi Umberto Eco

1 Oktober 2022   23:18 Diperbarui: 1 Oktober 2022   23:21 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

QUIZ-5

"Fenomena seorang pekerja yang bekerja di sebuah sungai, si pekerja bertugas untuk mengetahui kondisi air sungai yang dimonitoring dari dalam sebuah pos jaga yang tidak jauh dari lokasi pintu air. Segala informasi mengenai kondisi air sungai, baik dalam keadaan normal sampai melewati batas perhitungan, ada didalam pos temapt ia bekerja. Oleh karena itu sungan dapat disebut sebagai sumber (source) informasi. Kemudian si pekerja menempatkan sensor tertentu, yang saat air mencapai level bahaya, alat tersebut menjadi sebuah pengirim (transmitter) yang mampu mengirimkan sinyal (signal) melalui sistem (channel) kabel dan diterima oleh sebuah alat penerima (receiver). Alat ini mengubah sinyal (signal) yang sudah diperoleh menjadi komponen-komponen pembentuk garis, yang berfungsi untuk membentuk sebuah pesan (messsage) untuk tujuan (destination) berupa petugas. Pada titik inilah, tujuan pekerja/petugas dapat melepaskan respon mekanis guna memperbaiki situasi tersebut."

Seorang pekerja sungai dengan pekerjaannya tersebut menjabarkan komponen-komponen dalam suatu proses komunikasi, proses yang dilalui dari pembuat tanda (source) kepada tujuan (destination). Eco menyimpulkan bahwa "satu tanda bukanlah entitas semiotik yang dapat ditawar, melainkan suatu tempat pertemuan bagi unsur-unsur independen, yang berasal dari dua sistem berbeda dari dua tingkat yang berbeda yakni ungkapan dan isi, dan bertemu atas dasar hubungan pengkodean".

Umberto Eco merupakan filsuf ahli semiotika----sains tentang tanda dan simbol. Lahir pada  5 Januari 1932 dari keluarga besar di Alessandria, di wilayah Piedmont, yang beribu kota di Turin---pusat industri otomotif paling awal. Nama Umberto Eco merupakan akronim dari ex caelis oblatus, bahasa Latin yang artinya "bingkisan dari surga" (themodernword.com). Nama itu berasal dari kakeknya yang lahir tanpa diketahui orang tuanya, dirawat di panti asuhan, dan oleh petugas kependudukan diberikan nama itu. Ayahnya bernama Guilio, menginkan Eco menjadi pengacara, tapi Eco lebih tertarik pada filsafat dan sastra.

Umberto Eco mendapatkan pendidikan dasar dari ordo Salesian yang didirikan oleh Santo Francis de Sales pada 1845. Karena pada tahun tersebut terjadi huru-hara Perang Dunia II yang membuat Eco dibawa oleh ibunya dan ayahnya yang mengabdi pada dunia militer. 

Dari sini keberangkatan Eco menuju pemikiran-pemikiran abad pertengahan ia laksanakan. Ia berkomentar mengenai zaman antara akhir kekaisaran Romawi di abad ke-5 hingga awal 15. Hal tersebut menjadi suatu alasan Eco berkuliah di Universitas Turin dengan mengambil jurusan Filsafat abad pertengahan dan sastra sampai menjadi doktor pada 1954. Lelaki yang bertampilan brewok dan berbadan besar ini mengasah ketajaman pemikiran sebagai eksponen utama semiotika. Buku-buku nya semulus lintasan tamiya.  

Menurut Eco ada 3 ranah dalam mempelajari ilmu semiotik yaitu, ranah politik/budaya, ranah alam dan ranah epistimologi. Ke-3 masing-masing ranah tersebut mencakup beragam jenis ilmu pengetahuan dan semiotik menjadi induk dari semua ilmu.

Umberto Eco telah memberikan pemikiran orisinal pada semiotika; sambil bergurau ia mengungkapkan bahwa semiotika adalah "ilmu berbohong". "Semiotika ialah studi tentang segala yang bisa diambil secara signifikan sebagai pengganti (tanda) untuk sesuatu yang lain. Yang lain ini tidak perlu ada atau benar-benar di suatu tempat persis ketika sebuah tanda menggantinya. Maka pada prinsipnya  semiotika adalah disiplin ilmu yang bisa digunakan untuk berbohong. Jika sesuatu gagal digunakan untuk menceritakan kebohongan, sebaliknya ia gagal digunakan untuk menceritakan kebenaran-bahkan tentu mustahil ia bisa digunakan untuk bercerita apa pun. Saya pikir definisi sebagai teori untuk berbohong harusnya ditempuh sebagai program yang cukup komprehensif bagi semiotika secara umum".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun