Bagaimana kita sebagai Seorang Pemimpin Pembelajar  mengelola Aset sebuah Komunitas ?  Bagaimana mengelola Sumber Daya baik Sumber Daya Biotik maupun Sumber daya Abiotik. Dalam Modul 3.2, kami diberi kesempatan untuk menelaah antara dua model/ dua jenis pendekatan dalam pengelolaan. Yaitu, Pengelolaan berdasarkan kekurangan/masalah, dan Pengelolaan berdasarkan Kekuatan/Potensi. Disebut sebagai Pengelolaan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang mengadaptasi dari Pendekatan ABCD (Asset Based Community Devolepment) yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University, Amerika Serikat*, karena Pendekatan ini fokus pada Aset yang dimiliki komunitas. Pertanyaan dalam Pengelolaan Komunitas Berbasit Aset adalah: what can we do about it? What achievement can we reply / improve?...
Pendekatan PKBA menurut saya merupakan lanjutan dari pemikiran filsafah KiHajar Dewantara dalam memandang Pendidikan. Masih ingat teori Konvergensi KHD, yang memandang murid bukanlah kertas kosong yang tidak ada isinya sama sekali?, melainkan, kertas yang berisi tulisan yang masih buram. Ada tulisan "buruk" ada tulisan "baik", dan tugas kita sebagai guru adalah menebalkan tulisan baik pada murid sehingga dengan menonjolkan yang baik, maka yang buruk akan tidak  terlihat, terabaikan dan bisa dimaafkan. Begitu juga mengelola sumber daya, ansih kita merengek diri mencari-cari donasi dan mengeluhkan diri mencari simpati, lebih baik Fokus pada apa yang bisa diperbuat? Apa yang bisa dikembangkan lagi? Apa yang bisa lebih baik lagi? Apa yang pernah berhasil disini? Si A hebat dalam hal apa? Si B jago dalam hal apa? (Si A memiliki kekurangan X,Y,Z selama kekurangan nya tidak amoral, asusila atau melanggar hukum lebih baik fokus menugaskan A untuk mengerjakan bahkan memimpin melakukan hal A yang nantinya akan menjadikannya sebagai sebuah "Aset berharga" sekolah yang bermanfaat). Itulah PKBA Menurut saya.
Pendekatan PKBA ini juga digunakan sebagai dasar paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) (yang dibahas dalam Modul 1.3 Penggunaan Alur BAGJA), dimana paradigma IA ini percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset sebuah komunitas. Dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki komunitas, sebelum komunitas tersebut menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan. Jika sebuah komunitas lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam komunitas tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian komunitas akan berkembang secara berkelanjutan.
Materi Modul 3.1 ditutup dengan Petunjuk teknis tambahan yang akan menjadi pemandu kita sebagai Pemimpin Pembelajar dalam mengelola Ekosistem Sekolah, dimana kita dikenalkan dengan 7 Aset utama dalam Ekosistem Sekolah yang dalam hal ini terkait dengan 8 Standar Mutu Pendidikan kita. Tujuh Aset/Modal Utama tersebut adalah : Modal Manusia, Modal Sosial, Modal Fisik, Modal Lingkungan, Modal Finansial, Modal Politik, Modal Agama dan Budaya.
Saat ini, sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, saya mencoba menerapkan PKBA. Sebagai Tindak Lanjut dari hasil Rapor Pendidikan, Sekolah kami  mendapat nilai kuning dalam indikator Numerasi, alih-alih mengeluhkan kemampuan tingkat Intelegensi siswa yang rendah (berdasarkan hasil psikotes) kami Fokus memberdayakan rekan-rekan guru yang hebat untuk membuat program Numerasi dengan membuat Tim Gerakan Numerasi Sekolah. Tim Gerakan Numerasi Sekolah ini membuat beberapa program mulai dari pengintegrasian Numerasi ke dalam Projek Sekolah (P5), Pembiasaan Siswa terhadap Numerasi dengan menciptakan lingkungan sekolah menjadi Lingkungan Kaya Numerasi, Pengintegrasian Numerasi kedalam tugas Projek Mata pelajaran (Prakarya, ekonomi, Agama) dst.
Mendapatkan nilai bagus pada Indikator lain dalam Rapor Pendidikan misalnya Indikator Keamanan Sekolah, tidak membuat kami bersantai-santai tidak melakukan tindak lanjut pada indikator tersebut. Kami menghadirkan mental Juara kedalam komunitas kami dengan terus bergerak agar dinamis, selalu bertanya : Okey, What's next? Misalnya dalam hal ini (Indikator Keamanan Sekolah) Kami mendata Siswa yang orang tuanya Polisi atau Tentara atau Satpol PP untuk bergabung dalam Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Sekolah. Kami juga membentuk Komunitas Remaja yang bergaya hidup sehat (Anti Rokok, Miras dan Narkoba), yang kemudian siswa sendiri menamakan diri mereka : GEMAR SEPOELTORA (Gerakan Remaja Anti Rokok, Narkoba dan Miras Seratus sepuluh /110 Jakarta Utara), mereka membuat program, mulai dari sosialisasi dampak dan akibat Rokok, Miras dan Narkoba, Melakukan Pendampingan (Peer Monitoring) bagi Temannya yang berjuang berhenti merokok (PBR : Pejuang Berhenti Merokok) sampai berkolaborasi dengan NGO atau LSM yang Concern terhadap bahaya Rokok, Miras dan Narkoba.
Dalam Indikator Literasi, kami melihat disekolah kami memiliki beberapa Saung yang selama ini digunakan untuk belajar kelompok atau diskusi kecil. Kami merencanakan menjadikan saung tersebut menjadi "Saung Pengetahuan", menjadikannya sebagai "Pojok Literasi yang nyaman".
Harapan kami sebagai Pemimpin Pembelajaran adalah, dapat mewujudkan lingkungan pembelajar yang berbudaya positif dan komunitas yang saling support (wellbeing community) dalam menebalkan potensi diri bersama menjadi Juara dengan kekuatan yang kami miliki.