Penulis
Dr. Aida Azizah, S.Pd., M.Pd.
Durota Nurul Aini
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Sultan Agung
Bahasa adalah kunci utama dalam komunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Komunikasi adalah suatu hal yang sangat erat dengan kehidupan kita, tanpa adanya komunikasi tentu kita akan kesulitan ketika bersosialisasi dalam di kehidupan bemasyarakat. Salah satu bentuk komunikasi yang sering kita lakukan ialah berbicara, dalam berbicara tentu saja banyak tuturan-tuturan yang keluar dari alat ucap kita untuk menuturkan suatu maksud atau hal yang ingin di komunikasikan. Cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang makna suatu bahasa atau tuturan disebut dengan pragmatik. Menurut Leech (via Oka, 2011:8) pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungan dengan situasi-situasi ujaran (Speech Situation), ini berarti bahwa untuk menganalisis makna melalui pendekatan pragmatik diperlukan situasi tutur yang menjadi konteks tuturan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pragmatik mempelajari bagaimana bahasa dituturkan yang maknanya disesuaikan dengan konteks yang sedang dihadapi. Oleh karena itu, kita juga harus mengetahui bagaimana bentuk dalam kegiatan bertutur yang biasa disebut dengan tindak tutur.
Salah satu dari banyak jenis tindak tutur dalam pragmatik ialah tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang menunjukan evaluasi atau koreksi terhadap suatu perlakuan atau kegiatan dari mitra tutur. Sementara menurut Searle (1980) dalam Abdul Rani (2010: 162) tindak ekspresif adalah tindak tutur yang menyangkut perasaan dan sikap. Ada beberapa aspek dalam tindak tutur ekspresif yaitu, memuji, mengucap terima kasih, mengkritik, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat, dan menyanjung. Untuk mengetahui tuturan yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif maka diperlukan proses analisis, proses analisis sendiri harus memiliki objek tertentu sebagai bahan analisis.
Dalam proses analisis ini menggunakan analisis baca-catat, yang mana penganalisis membaca bahan analisis yang berupa cerpen kemudian mencatat bagian percakapan tokoh yang menunjukan tindak tutur ekspresif. Bahan analisis yang digunakan oleh penganalisis ialah cerpen “Perang Tanding“ karya Fitri Merawati dari Antologi Cerpen “Wabah“. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan dipaparkan hasil analisis serta pembahasan dari data hasil analisis yang telah didapatkan.
1. Mengucapkan terima kasih
Jenis tindak tutur ekspresif yang pertama ialah mengucapkan terima kasih, dalam cerpen “Perang Tanding” ditemukan satu penggalan percakapan yang menunjukan tindak tutur ekspresif jenis ini yaitu :
“Terima kasih, Pak. Pagi ini saya pamit. Saya sudah rembugan dengan Siti. Pada prinsipnya ia tidak keberatan saya tinggalkan untuk sementara waktu.” (hal.35).
Dari penggalan tersebut jelas bahwasanya terdapat kata “terima kasih” yang menunjukan tindak tutur ekspresif mengucapkan terima kasih.
2. Mengkritik
Jenis tindak tutur ekspresif selanjutnya yang ditemukan dalam cerpen ini ialah mengkritik, berikut ini adalah penggalan percakapan dalam cerpen yang menunjukan mengkritik :
“Jadi laki-laki memang harus bertanggung jawab untuk keluarganya. Tapi pada situasi seperti saat ini, semua orang, jangankan untuk bertanggung jawab kepada keluarganya, untuk bertanggung jawab pada dirinya sendiri saja sulit.” (hal.34).
Dari penggalan tersebut, terlihat bahwa si tokoh mengkritik tentang bagaimana kehidupan seorang laki-laki di zaman itu yang serba kesulitan.
3. Mengeluh
Jenis tindak tutur ekspresif selanjutnya yang ditemukan dalam cerpen ini ialah mengeluh, berikut ini beberapa penggalan yang menunjukan tindak tutur mengeluh :
a. “… Kapan anak saya lahir sudah pasti perhitungannya, tapi kapan waktu wabah ini sirna tidak ada yang tahu. Sedangkan untuk persalinan dibutuhkan biaya.” (hal.35)
Dalam penggalan tersebut terlihat jelas sang tokoh sedang mengeluh karena wabah yang tidak kunjung sirna sebab dia membutuhkan uang untuk biaya persalinan istrinya.