Mohon tunggu...
ITAH M. MAFAHIR
ITAH M. MAFAHIR Mohon Tunggu... -

man jadda wa jada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

“Ibu, Aku Mencintaimu Lebih dari yang Kutahu…”

16 Desember 2013   07:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:53 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sederhana, nrimo (selalu mengalah), qona’ah, selalu bersyukur, dan sangat berbakti kepada suami itulah sosokmu. Sebagai seorang petani biasa, di tengah himpitan yang mendera, masalah ekonomi yang pas-pasan bahkan kadang kembang kempis karena harus membiayai tujuh buah hati yang di anugerahkan Yang Kuasa padamu, engkau selalu saja tersenyum, sabar, ikhlas, bersyukur dengan apapun yang sudah diberikan Yang Maha Kuasa untukmu.

Dari sumur, dapur, njemur, kasur, nyayur dan nyemur, bolak balik jika diukur lebih dari satu km engkau berjalan kaki setiap hari. Sawah, pasar, mushollah, adalah tiga tempat yang setiap hari kau kunjungi.  Setelah sholat qiyamul lail ku lihat engkau tidak pernah memejamkan mata, karena tugas suci berikutnya telah menanti, menyiapkan sarapan untuk keluarga sebelum ketujuh buah hatimu pergi menuntut ilmu. Ketika sang surya mulai muncul engkau sudah bersiap-siap untuk ke pasar, berjualan di anter oleh lelaki yang dengan setia mengeja cintamu, yang membuatmu kuat selama ini, dialah imam yang insya Alloh akan membawamu ke surga.

Pulang dari pasarpun, engkau bergegas menyiapkan hidangan untuk menyambut sang buah hati, sebelum akhirnya ke sawah dan pulang ketika senja menjelang. Sholat Maghrib dilanjutkan mengaji hingga ‘Isya berjama’ah barulah engkau istirahat. Itulah aktivitas rutinmu setiap hari….

Sekali lagi engkau tetap sabar, senyum penuh rasa syukur. Aku sangat kagum padamu, pengabdianmu kepada Yang Kuasa , suami tercinta dan keluarga ku yakin tak ada bandingannya. Aku sangat salut padamu, sosok sederhana yang slalu mengingatkan anak-anaknya untuk mengaji, belajar, dan baca Al-Qur’an. Sholat tepat waktu, berjama’ah, berbuat baik, jujur, dan menghargai, nrimo ing pandum (bersyukur atas apa yang diberikan Yang Kuasa), kerja keras, dan pantang berputus asa, sekali lagi itu yang membuatku semakin mengagumimu.

Engkau sungguh sosok yang sangat mengagumkan… dan engkaulah ibuku. Ibu yang mengandungku, melahirkanku, menyusuiku, merawatku dengan telaten, mendidikku dengan penuh cinta, menyayangiku tanpa batas, membesarkan tanpa pamrih, menasehatiku tanpa bosan, membesarkan tanpa perhitungan, rela tidak tidur semalaman jika diantara kami (aku,  lima kakakku  atau satu orang adikku) ada yang sakit atau kurang enak badan.

Ibu, aku tak kan mungkin lupa, ketika musim hujan tiba. Kita beramai-ramai di dapur membakar pisang kepok yang tua di pohon, singkong, talas, dan ubi. Sesekali kami berebutan dengan diiringi canda dan tawa bahagia. Tangan –tangan kami kotor kehitaman karena arang atau abu. Engkau hanya tersenyum manis melihat tingkah kami, ada binar bahagia dengan senyummu yang bersahaja sambil menatap Bapak yang juga hampir tak pernah marah. Kalian memang orang tua pilihan, yang dipilih Alloh untuk mendidik kami bertujuh menjadi anak-anak yang sholih dan sholihah.

Ibu sayang, lihatkan kami sudah besar-besar. Semua yang kau ajarkan kala itu sungguh menjadi bekal hidup yang tak kami dapatkan di bangku perkuliahan. Kami,  anak-anak yang kau lahirkan kini menjadi orang-orang yang baik, yang Insya Alloh bermanfaat dan bermartabat di masyarakat, Bu…. Sholat tepat waktu dan berjama’ah, tilawah Al-Qur’an, mengaji, puasa sunah, menjaga lisan serta 1001 akhlak baik yang kau ajarkan,  sudah kami patri dalam hati dan kami berusaha melaksanakan dan menerapkan dalam kehidupan kami setiap hari.

Ibu sayang, kami ingin sekali membahagiakanmu….. mengajakmu jalan-jalan menikmati waktumu yang hilang ketika repot merawat kami di waktu kecil, memanjakanmu menebus waktu lelahmu kala itu, bersantai bersama karena  kesibukanmu luar biasa dan menyita semua waktu yang ada, wisata kuliner agar dapat merasakan lezatnya menu istimewa karena kesederhanaan kita kala itu jangankan untuk makan-makan di luar, untuk ongkos angkot menuju sekolahpun, setiap akhir pekan, ku ingat bapak selalu menjual beberapa ekor ayam dan telur-telur bebek kita..

Ibu kami ingin membahagiakanmu, kami sangat menyayangimu….. tapi ternyata Alloh lebih menyayangimu, Dia ingin engkau segera hadir di sisiNya, agar engkau bisa beristirahat dari penatnya dunia.  Allohumaghfirli dunubi waliwalidayya warhamhuma kama Robbayani shoghiro… Ya Alloh amapunilah aku, dan kedua orang tuaku, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangiku di waktu keciil….. Ya Alloh terimalah semua amal ibadah dan kebaikan ibu, lapangkan kuburnya, jadikan kuburnya Raudahtul min riyadil jannah, tempatkanlah disisiMu, jadikan beliau golongan mukminah ahli surga. Aamiin.

Ya Alloh, jaga dan sayangi Ibuku, Kalau bukan karena ku yakin Engkau Maha Kuasa maka aku ragu ibuku dalam kondisi baik-baik saja…..

Ibu, sungguh aku mencintai dan mengagumimu lebih dari yang aku tahu……..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun