Mohon tunggu...
Samira Samir
Samira Samir Mohon Tunggu... -

kadal yang tidak mudah dikadalin

Selanjutnya

Tutup

Nature

Setelah Jepang, Mana lagi, ya (gempanya)?

12 Maret 2011   15:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:51 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata para Geolog, gempa itu pasti terjadi. Mereka mengistilahkan sebagai "Sunatullah". Apalagi bagi penduduk yang tinggal di cincin api atau ring of fire. Katanya, Gempa itu hanya akibat dari pelepasan energi saat terjadi retakan pada lempeng bumi karena tak kuat menahan desakan lempeng bumi yang lain. Mengapa lempeng-lempeng itu saling bertumbukan padahal bumi itu kan luas, cukuplah kalo lempeng saling berbagi dan hidup akur? hehehe.. itu kan harapan manusia tapi keputusan kan tetap menjadi  hak  Yang Maha Kuasa. Hehehe.. untuk pertanyaan ini ahli Geolog berujar, pergerakan lempeng itu bukan tanpa sebab. Tapi lebih dikarenakan menyesuaikan gerak rotasi bumi pada porosnya. Bayangkan saja, taruhlah potong-potongan kertas di atas baskom berisi air, dan goyang-goyangkan baskom tersebut berputar, pasti kertas itu akan saling bertubrukan. Nah lempeng bumi mirip dengan potongan-potongan kertas yang mengapung di atas cairan magma. Kesimpulannya selama bumi masih berputar, lempeng bumi akan terus bertabrakan yang artinya gempa juga akan terus terjadi. Lalu apa yang harus diwaspadai? Nah untuk yang satu ini keterangan para geolog cukup menakutkan. Beliau berkata setiap terjadi perubahan pada 1 lempeng maka akan menganggu kestabilan lempeng lainnya, yang pada akhirnya lempeng bagian lain pun akan turut retak untuk mencapai kestabilan (baca terjadi gempa di tempat lain). Penjelasan ini cukup menjawab pertanyaan mengapa gempa bisa terjadi susul menyusul dari Nabire, Aceh (plus tsunami), Jogja, Ciamis, Sumut, NTB, Sulawesi terus melompat ke Chile, Haiti, China, New Zeland, dan balik ke Utara lagi di Jepang.  Dari negara-negara yang terletak di cincin api (ring of fire) tinggal Filipina dan USA yang belum gempa. [caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="cincin api"][/caption] Tapi sekalipun energi sudah dilepas, pergerakan lempeng di tempat lain juga akan mempengaruhi kestabilan lempeng di tempat yang sebelumnya juga telah melepaskan energi (gempa). Sehingga, bisa jadi gempa juga akan kembali menimpa Indonesia. Dalam hal ini saya sangat berharap bahwa seringnya gunung berapi di Indonesia meletus saat ini (Merapi, Anak Krakatau, Semeru, Bromo) akan mengurangi tekanan di perut bumi sehingga gempa besar tak terjadi, semoga saja. [caption id="" align="aligncenter" width="605" caption="peta gempa di Indonesia"][/caption] Tapi kita juga naif jika menyalahkan tubrukan lempeng sebagai sumber dari segala sumber bencana yang menghantam Indonesia bertubi-tubi. Sebab tanpa tumbukan lempeng alias saling nyelip dibawah, Indonesia tidak akan ada. Pulau-pulau di nusantara terbentuk akibat naiknya lempeng Asia karena didesak lempeng Australia. Pergerakan lempeng ini juga berjasa memperluas wilayah Indonesia loh, tuh setelah gempa di Aceh dan Nias sejumlah pulau tambah luas kan? karena yang dulunya laut naik jadi daratan. Konon, setelah gempa di Jogja juga muncul pulau-pulau kecil baru di selatan Jawa meskipun juga ada pulau yang hilang. Hilang 1 tumbuh 5 lumayan to? Tanpa bermaksud menakut-nakuti, tapi kemungkinan rentetan gempa di alur cincin api selanjutnya bisa balik lagi ke Indonesia, terutama daerah-daerah yang belum terjadi gempa, waspadalah. Jadi, untuk antisipasi, mulai besok saya tak akan menaruh helm di motor, tapi akan saya taruh di  atas meja kerja. Sehingga, seandainya gempa datang langsung bisa dipakai untuk mengamankan kepala ketika bersembunyi di bawah meja. Dan mengamankan kepala saat keluar gedung setelah goncangan gempa berhenti. Tapi tetap saja, saya berdoa selama gempa itu gedungnya tidak roboh dan mejanya tidak kejatuhan tiang bangunan serta tak diguyur tsunami. Ya Tuhan lindungilah kami...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun