Mohon tunggu...
Samira Samir
Samira Samir Mohon Tunggu... -

kadal yang tidak mudah dikadalin

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gawat!, Yogyakarta Hampir Terlepas dari NKRI

15 April 2011   05:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:47 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahai wakil rakyat di DPR yang terhormat, sadarkah Anda bahwa Yogyakarta hampir terpisah dari NKRI ? Ini FAKTA. Tapi ini tak ada hubungannya dengan kegiatan politis apalagi separatis, ini juga tidak berkaitan dengan tuntutan pengakuan keistimewaan DIY tetapi murni karena masalah geografis, vulkanis.

Gunung Merapi yang berada di Utara Yogyakarta adalah salah satu alasannya. Upps jangan salah sangka, bagaimana pun saya tidak akan menyalahkan gunung Merapi, mau meletus mau mengeluarkan wedhus gembel (awan panas) itu hal wajar, sebagai kodrat Gunung Merapi yang diciptakan Tuhan sebagai makhluk eh bukan makhluk ding kan merapi tidak hidup emm terus istilahe opo yo? Emm ??*%$3# errrgh..?? Gunung, sebagai gunung yang ditakdirkan Tuhan untuk erupsi (meletus) setiap 4-6 tahun sekali, Apapun kenaikan aktivitas Merapi adalah sesuatu yang memang harus dijalani oleh Merapi, dan sebagai tetangga yang hidup bersama gunung Merapi yah kita harus memakluminya.

Lha terus opo hubungannya dengan lepasnya Yogyakarta? Mengko sik.. begini ceritanya, Letusan gunung Merapi yang Maha dahsyat Oktober-November-Desember tahun lalu, masih menyisakan berkah bagi warga sekitar Merapi yakni material lahar dingin yang buuaaanyyaaak buaaangeet. Yang kalau hujan mengguyur Merapi material itu akan berduyun-duyun turun gunung melalui sungai-sungai alias kali-kali, alhasil satu persatu dam, jembatan, saluran irigasi bahkan rumah jebol dilewatigerombolan lahar dingin yang tak hanya beranggotakan pasir tapi banyak juga batu yang lebih besar dari gajah bengkak.

Bahkan kini jalur Magelang-Yogyakarta pun hanya bergantung pada 1 jembatan (sorry namanya lupa Pabelan kalo ndak salah, itu loh yang deket sentra kerajinan batu), lha wong jalur-jalur alternatif di kabupaten Sleman-Muntilan dah putus, jembatannya jebol semua. Terpaksa deh truk-truk besar, bus-bus besar yang akan ke Magelang harus memutar melewati kabupaten Kulon Progo dan Purworejo. Untuk ke Kulon Progo dari Yogyakarta harus melewati jembatan Kaliprogo. Padahal Kali progo adalah muara dari sungai-sungai di Magelang yang berhulu di Gunung Merapi alias bakalan dilewati lahar dingin juga.

Sementara di sisi Timur, material lahar dingin sudah mencapai kali Opak yang berhulu di Kali Gendol. Jika material lahar dingin dari kali Gendol itu sudah meluncur ke selatan akan mengancam jembatan yang menghubungkan Solo-Yogyakarta. Padahal kuantitas lahar dingin paling banyak di Kali Gendol.

Ini skenario terburuk: Jembatan penghubung Magelang-Yogyakarta jebol, jembatan Prambanan (penghubung Solo- Yogyakarta) jebol, jembatan Kaliprogo (penghubung Yogyakarta-Kulon Progo) jebol, yah lepas deh Yogyakarta. Opo tumon? Priyayi Semarang kalau mau ke Jogja harus naik pesawat? Hehehe....

Fakta terakhir: banyak desa-desa lereng Merapi di Magelang yang terisolir karena dam dan jembatannya jebol. Material lahar dingin juga telah menumbangkan jembatan-jembatan di Sleman dan Bantul. Kabupaten Magelang telah menyatakan tidak memiliki dana yang cukup untuk memperbaiki kerusakan irigasi. Kabupaten Sleman telah menyatakan dana tanggap darurat untuk korban erupsi dan banjir lahar dingin telah habis. Material lahar Merapi baru akan habis setelah 3 kali musim penghujan.

Jadi dengan kondisi seperti itu, alangkah bijaknya jika anggota DPR yang terhormat merelakan dana pembangunan gedung baru DPR dipergunakan untuk membangun kembali jembatan-jembatan yang jebol, memperkuat lagi pondasi jembatan-jembatan yang terancam jebol. Jika hal ini dilakukan, nama para anggota DPR akan dikenang sepanjang masa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun