Sedih, sedih sekali. Membaca berita berjalan di sebuah stasiun televisi hari ini dan sore tadi menjadi salah satu topik hangat yang didiskusikan, selain topik pemilu.
Seorang ibu tega mengubur hidup-hidup bayinya.
Bukan berita baru lagi kalau pada akhirnya kejadian yang mengiris hati ini berulang kali terjadi. Sayang sekali, tetap ada komentar negatif, bahkan oleh sesama perempuan, bahwa penyebab dari semua ini karena kurangnya keimanan si ibu.
Nalurinya, seorang ibu akan sangat sangat sayang kepada anaknya. Naluri ini juga dimiliki oleh hewan, tidak hanya manusia. Cinta kasih itu tertanam dalam alam bawah sadar makhluk ciptaan Tuhan, apa saja jenisnya.
Dalam hal ini, jelas. Si ibu seperti "tidak ada jalan keluar lain" bagi dirinya, bagi sang anak, selain mengakhiri hidupnya atau bayinya.
Dalam ilmu kedokteran, keadaan si ibu sudah mencapai tahapan depresi atau bisa saja psikosis. Apa bedanya?
Ada tingkatan depresi pasca melahirkan yang kita kenal selama ini, mulai dari ringan hingga berat.
Baby Blues Syndrome
Terjadi setelah beberapa jam melahirkan hingga 3 hari pasca melahirkan.
Namanya sindrome, jadi ditemukan gejala-gejala yang menjurus ke arah depresi, namun masih tergolong ringan.
Gejala yang bisa kita lihat adalah perubahan mood yang sangat drastis, bisa sedih hebat, nangis, merasakan sakit pada daerah tertentu namun tidak ditemukan adanya kelainan fisik juga tidak sembuh dengan obat, gangguan tidur, dan rasa tidak nyaman lainnya.
Cara menilai seorang ibu mengalami baby blues syndrome adalah dengan mengisi kuesioner Edinburgh Postnatal Depresion Scale. Nilai lebih dari 10, dari total 40 poin, bisa diambil kesimpulan menderita baby blues syndrome.