Menjadi penerjemah itu memang pekerjaan sulit, apalagi bagi saya yang tidak terlalu menguasai bahasa Inggris.
Menyaksikan penerjemah Bahasa Indonesia - Bahasa Inggris dan sebaliknya di dalam persidangan kasus kematian Mirna, akan membuat kita angkat topi. Di samping kemampuan bahasa Inggrisnya, juga terhadap daya ingat penerjemah tersebut.
Ketika awal-awal pertama kali muncul mendampingi saksi ahli Beng Beng Ong, Â tampak oleh saya bahwa penerjemah ini sangat berhati-hati dalam penerjemahannya. tetapi pada belakangan ini seperti dalam pendampingan terhadap saksi ahli Michael Robertson, tampaknya penerjemah dalam terjemahannya terpengaruh sedikit banyak oleh opininya sendiri.Â
Penerjemah sering menambahkan atau mengurangi kata yang diterjemahkannya. Sebatas itu berkesesuaian dengan konteks tentu itu tidak menjadi masalah, malah mungkin bisa memperjelas keterangan. Tetapi bila terjemahan menyebabkan terjadinya pertentangan dari maksud bahasa aslinya tentu hal ini menjadi berbahaya di dalam membuat kesimpulan.
Oleh karena itu kadang kita menyaksikan saksi ahli bingung terhadap pertanyaan hakim padahal bisa jadi terjemahan pertanyaan hakim yang tidak dimengerti oleh saksi ahli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H