Apa sih artinya menjadi guru? Banyak... guru itu profesi jamak, guru itu antara pengabdian dan bukan, guru itu favorit dan tidak, dan guru itu HR vs PNS... :p The Queens Classroom, dorama wajib tonton untuk guru Hidup di lingkungan keluarga guru, membuat saya mau tidak mau ikut terlibat dalam pembicaraan mengenai masalah keguruan. Namun, yang sering saya dapatkan bukan refleksi atas profesi guru. Mereka lebih sering membahas mengenai tunjangan, siswa nakal, dan berbagai problem umum seperti kesulitan mengisi raport... Obrolan yang agak beda, disampaikan ibu saya beberapa hari yang lalu. Ibu saya itu curhat mengenai ajang guru terfavorit di sekolahnya. Well, ibu saya gagal. Mengapa gagal? Karena ibu saya itu galak. Killer. Sedangkan pemenang kategori guru terfavorit biasanya dipenuhi oleh guru-guru “gaul” yang dekat dengan siswa. Tentu saja begitu, karena yang memilih adalah siswa. Siswa pastilah memilih guru yang bisa memanjakan mereka. Anyway terlepas dari ibu saya yang gagal, soal masalah favorit-favoritan guru ini, saya jadi ingat dorama keren sepanjang masa, The Queens Classroom (versi jepang! Bukan korea!)...saya jadi ingat apa yang dikatakan Akutsu Maya pada teman koleganya yang sering difavoritkan siswa-siswa...Dan seperti SBY yang bisa pura-pura prihatin melihat Jokowi, saya juga bisa pura-pura prihatin melihat fenomena nominasi guru terkaporit ini... tapi sayangnya, saya emang beneran prihatin. Guru bukanlah seorang customer service, guru juga bukan merupakan seorang ibu peri... guru seyogyanya menjadi pendidik sejati. Tujuan mereka bukan sekedar menyenangkan siswa-siswa, tetapi lebih ditujukan untuk mempersiapkan mental dan pengetahuan siswa untuk masa depannya. Problemnya, tidak semua yang dilakukan guru bisa berdampak jangka pendek. Guru galak malah bisa membentuk mental kuat dan sangat berguna untuk masa depan siswanya. Dan guru seperti ini tak akan pernah jadi favorit siswa saat mereka masih sekolah. Well, yang namanya menjadi guru memang tidak perlu harus selalu dipahami siswa saat itu juga. Guru harusnya fokus pada apa yang ia lakukan, bukan apa yang dipersepsi siswa... Saya heran saja dengan sekolah yang menyelenggarakan nominasi guru terfavorit. Maksudnya apa? Mau menjadikan semua guru disukai siswa dengan cara menjadi ibu peri yang tidak ada di kehidupan nyata? Balik ke dorama keren yang saya sebut di atas... ini percakapan antara Tendo sensei dan Akutsu Maya sensei yang relevan dalam konteks ini: Problem: Tendo sensei melihat dua siswa dihukum Maya untuk mengepel lantai seluruh sekolah. Tendo lalu menyampaikan itu ke kepala sekolah dan menyuruhnya menegur Maya. Kejadian selanjutnya berakhir Tendo sensei dan Akutsu Maya sensei saling adu argumen... Akutsu Maya: Bahkan kalau ada siswa yang tidak antusias dan tidak jujur di kelas Anda, Anda tidak akan melakukan apa-apa. Yang Anda lakukan adalah ikut saja apa kata mereka. Anda sepertinya bingung membedakan antara menjadi guru dan menjadi petugas pelayanan di sebuah perusahaan (cth: customer service).. Tendo: Saya hanya tidak ingin menekan apa yang saya pikirkan pada murid-murid saya seperti yang Anda lakukan! Saya mencintai murid-murid saya... Akutsu Maya: Mencintai dan memanjakan itu beda! Murid-murid adalah makhluk yang masih berkembang... apa yang akan terjadi pada mereka bila mereka tumbuh tanpa hukuman? Mereka yang tumbuh tanpa hukuman akan menyebabkan masalah di kemudian hari... Kalau bisa usul kepada menteri pendidikan, ingin rasanya saya merekomendasikan film ini agar ditonton seluruh guru di Indonesia. Cinta seorang guru harusnya bukan sekedar cinta sesaat. Jangan sampai guru berakhir menjadi perayu para murid dan takut untuk menjadi “dibenci”... Jadilah guru tidak terfavorit bila itu penting untuk siswa Anda :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H