Mohon tunggu...
Nurlina (Tinta Ungu)
Nurlina (Tinta Ungu) Mohon Tunggu... Guru - Guru

Selain aktif sebagai tenaga pengajar juga aktif menulis pada beberpa platform menulis digital. Telah menerbitkan 3 buah buku antologi cerpen dan 1 buah buku kumpulan cerpen solo.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Luka di Atas Goresan Takdir

2 September 2023   10:57 Diperbarui: 2 September 2023   11:02 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cecepgaos.com/2021/04/puisi-rtc-rumah-pena-inspirasi-sahabat.html. 

Aku pikir dunia sejenak akan terhenti, dan cerita kehidupan hanya terhenti di masa kanak kanak.  Dunia yang begitu indah, dengan ribuan cerita yang mengantarkan kehidupan yang penuh gelak tawa. Nyatanya roda kehidupan terus berputar, waktu terus bergulir, senja beranjak, dan mentari kembali hadir menawarkan segala cerita kehidupan. Dunia masa kanan kanak berlalu, cerita kehidupan manusia dewasa terus terukir di atas guratan takdir,  dan nyatanya menjadi manusia dewasa tidaklah seindah masa kanak kanak.  Kenyataan kehidupan terkadang tak memberi pilihan, kecuali tetap berdiri kokoh di atas kaki sendiri.  Lelah, penat, mendera seluruh raga dan batin, tapi kehidupan tak memberi pilihan kecuali terus menjalaninya.  Terkadang harus berpura tegar, berpura tertawa demi menjaga kewarasan adalah hal biasa.

Ada masa di mana kita akan terluka, dan goresan luka terasa perih dan menyesakan lara yang menghimpit batin.  Saat itu, kita terkadang dipaksa oleh keadaan untuk tetap berlari di atas kerikil kerikil tajam yang menambah goresan luka, dipaksa untuk tak berdarah meski dengan balutan luka yang menghias raga.  Ada pula masa di mana  hanya kegagalan dan kegagalan, yang memaksa kita untuk tetap menelan ludah, meski terasa getir dan seolah gambaran kehidupan akan kesuksesan itu tak akan kunjung tiba dan begitu jauh dari jarak pandang yang tak mampu terlihat oleh mata.  Saat rentetan kata gagal menghiasi sepanjang perjalanan, diri seorah tak lagi berharga dan hanya butiran debu yang sedang menunggu datangnya angin hingga tak menyisakan jejak apapun.  Terseok sendiri, tertatih, tanpa seorangpun peduli seolah hanya kita menghuni bumi sembari hati terus bertanya "Apakah memang kegagalan enggan untuk beranjak? Ataukan aku memang terlahir untuk menjadi manusia gagal?"

Saat semua terasa menghimpit, seakan cahaya dunia telah redup dan menjelma menjadi gelap gulita, tak mengapa sejenak menepi dari dunia yang penuh kebisingan untuk sejenak merenung dan memaknai kata bersyukur dengan segala cerita hidup yang menyertai setiap perjalanan.  Adakah hikmah dan pembelajaran yang mampu kita petik disetiap moment hidup yang kita lewati.  Pertanyakalah pada diri seberapa sering instrospeksi diri?

Disetiap perjalanan panjang manusia, adapula masa di mana tangis perih akan berakhir dan menjelma  menjadi tawa bahagia.  Kamu hanya perlu untuk bertahan dan bersabar menjalani setiap goresan takdir.  Tuhan memberi ujian bukan untuk menyakiti, tetapi sejauh mana kamu mampu berdiri tegap meski dengan dengan ribuan luka yang membalut raga.    Kamu hanya perlu sejenak untuk bersimpuh dan memohon hati tetap dikuatkan tatkala bisikan putus asa terasa begitu lirih terdengar di telinga menghiasi setiap usaha untuk tetap kuat berdiri di atas kaki sendiri.  Cerita kegagalan ataupun tentang cerita kesuksesan hanyalah rangkaian sejarah pada perjalanan hidup seorang hamba yang akan bermuara pada pertanggungjawaban di hari kemudian. 

Sepanjang perjalanan barangkali kamu akan menangis atau bahkan mengutuk diri sendiri dan menuntut diri untuk hidup dalam kesempurnaan.  Ketika kamu terus larut dalam rasa itu, tak ada ujung dari kisahmu kecuali penyesalan dan hidup dalam jeratan tuntutan di luar logika.  Tetapi inilah kehidupan, suka ataupun tidak, waktu akan terus bergulir dengan segala problematika kehidupan yang menyertainya.  Pada akhir kisah manusia di dunia, segala sesuatu yang diperjuangan dengan keringat dan air mata, pada akhirnya semua akan ditinggalkan.  Sumber Gambar 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun