Industri buku mengalami penurunan yang cukup tajam mulai tahun 2000. Penurunan ini terjadi setelah banyak buku yang mendapat predikat “Best Seller” namun penjualannya dibawah 100.000 eksemplar. Jika dibandingkan dengan periode 1990-2000, penjualan buku baik fiksi, non fiksi, dan komik begitu tinggi. Ini disebabkan minat baca masyarakat masih tinggi. Banyak asumsi menduga bahwa ini disebabkan oleh pengaruh adanya teknologi informasi yang begitu pesat.
Pendapat senada juga diungkapkan oleh penulis novel pendatang baru, Raffreds Northman. Saat ditemui di KFC Kemang, ia menganggap salah satu penyebab minat baca yang rendah adalah pengaruh adanya Electronic Book (e-Book).
“Minat baca buku anak muda sekarang rendah karena kemudahan mengakses e-Book sehingga secara fisik buku lebih sulit terjual” ungkap Raffreds.
Raffreds juga menambahkan bahwa selain minat baca buku yang rendah, masyarakat Indonesia juga masih menerapkan budaya gratis.
“Buku tidak akan bisa terjual kalau tidak ada konsumen. Yang jadi masalah adalah konsumen malas untuk membaca buku karena harus membeli, kalau di beri gratis baru mau” tambahnya sambil tertawa kecil.
Raffreds berharap agar masyarakat kembali membudayakan membaca buku sejak kecil agar industri buku di industri buku di Indonesia tidak segera punah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H