Photo:koleksi pribadi Me: email sent (dan beberapa saat setelahnya saya berpapasan dengan profesor) Professor: are you out of your mind?...what kind email is that?...:D (tertawa) Me: uppss sorry prof, we in same situation...doesn't it..:D (ikut tertawa dan berharap cemas) Professor: nnnahhh...but ok, i give you one more day to submitted our paper (you can guess what kind email i send to her?) Dear professor, May 1 is an annual holiday to celebrate the achievements of workers. Labor Day has its origins in the labor union movement, specifically the eight-hour day movement, which advocated eight hours for work, eight hours for recreation, and eight hours for rest. According to respect that ceremony, may I ask this day as my holiday? I will submit our paper the day after tomorrow. Thank you very much. best regard *****
Tentu saja itu hanya gurauan saya dan professor saya yang baik hati, tentu saja gurauan yang berbahaya, apalagi kalau situasinya kurang tepat..:D),Sebagai mahasiswa bimbingan , saya cukup tahu diri melihat situasi dan kondisi, berhubung sekarang hari buruh dan juga pas gajian ..boleh lah sesekali bercanda...:D.
Ok anggaplah email tadi, sebagai hiburan ditengah karut marutnya sistem penghargaan terhadap kaum pekerja. Loh apa hubungannya dengan professor dan mahasiswa ? Saya pernah menulis di beberapa tahun silam (tulisan lama) bahwa batasan orang yang masih menyandarkan dirinya kepada para pemilik modal atau funder adalah buruh, baik white colar labour maupun blue collar labour, lalu masuk bagian manakah mahasiswa atau para peneliti? saya kira para peneliti atau mahasiswa ada beberapa perbedaan. Yang mengakui dirinya mahasiswa maka mau tidak mau harus juga mau disebut sebagai pengangguran terselubung seperti yang diliterasikan terus menerus sejak zaman kita berada di sekolah dasar. Tapi apabila dia mendapatkan pendapatan semisal beasiswa yang senilai atau dua kali gaji pokok setingkat asisten ahli di Indonesia, ya bisa jadi dikategorikan buruh juga, buruh akademis lebih cocoknya. Karena dengan meneliti, kita bisa mendapatkan dua keuntungan sekaligus yaitu keuntungan secara finansial (upah/beasiswa/perbulan) dan secara karier dalam situasinya tetap dengan kurun waktu tertentu.
Pernah suatu ketika kawan kawan BMI di taiwan atau di Hongkong, datang disela sela saya memberikan mereka tutorial, dan mengatakan sungguh enak sekali mahasiswa seperti kami, selain mendapatkan pendidikan secara gratis, mendapatkan beasiswa yang perbulan lumayan,bisa juga menyelesaikan study kejenjang yang lebih tinggi. Pertanyaan klise memang, dan terkadang menjadi diskusi yang cukup menarik ketika saya bilang posisi nya sama tapi kita dalam situasi yang berbeda. Hanya satu yang menjadi benang merah dalam situasi ini, yaitu pressure atau tekanan. BMI akan juga bekerja dalam tekanan ketika majikannya ternyata kurang manuasiawi, sedang kan kami mahasiswa atau peneliti akan bekerja di bawah tekanan deadline dan segunung pekerjaan rumah lainnya. Tapi saya biasanya akan menyerah kalau BMI yang kebetulan kuliah kembali di UT akan meneruskan dengan kata kata, "saya kerja dan kuliah pak disini, beratan mana sama bapak?...."Jempol buat mereka yang bekerja , meninggalkan keluarga dan juga meningkatkan kapabilitas secara bersamaan.
Terlepas dari dominasi dan klaim "satu pihak yang lebih buruh", peneliti dan mahasiswa yang mendapatkan beasiswapun bisa mengklaim bahwa hari ini tgl 1 mei mereka berhak menjadi bagian dari hari buruh internasional, dan berhak menuntut segala hak mereka tanpa mencabut akar kewajiban yang harus dilaksanakan, sampai nanti kita menjadi majikan untuk diri kita sendiri, lulus, dan kembali mendharmabaktikan segenap kemampuan untuk Indonesia. Selamat hari buruh internasional wahai para buruh akademis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H