Kegagalan timnas U-22 Indonesia dan timnas senior pada ajang turnamen SCTV Cup 2012 memang bkan ukuran sukses dan tidaknya PSSI dalam membentuk timnas yang tangguh. Namun, sadar atau tidak, mutu dan kualitas pemain ikut andil dalam menurunnya bargaining timnas Indonesia belakangan ini. Tengoklah pada laga ujicoba melawan Filipina beberapa waktu yang lalu. Anak asuh Nil Maizar tak dapat menunjukkan, bahwa kualitas mereka jauh berada di atas tim lawan.
Dualisme liga, dualisme kekuasaan, dualisme timnas menjadi sosok momok yang menghantui sepakbola tanah air. Jika dahulu pada orde Nurdin hanya persoalan ketengikan saja, akan tetapi kini lebih parah, sepakbola kita di giring pada wilayah politik kekuasaan, sebut saja politik tai kucing.
Memang harus kita sadari, di jagat rayaini, sepakbola tak lepas dari tangan sang penguasa. Lihat saja pada tiap klub-klub Italia, AC. Milan yang di pegang oleh Perdana menterinya Italia. Akhir-akhir ini, presiden Rusia, Putin ikutan latah menanam saham pada sebuah klub sepakbola. Di Indonesia ada Bakrie Grup yang sangat tanggung jika ingin berkecimpung dalam dunia sepakbola. Apa untungnya membeli saham klub Vise? Pembinaan? Kanapa tidak turun ke kampung saja?
Penulis tidak akan membela PSSI maupun KPSI. Penulis bangga pada Bambang Pamungkas yang memberikan keputusan tegas untuk tidak ikut dalam skuad timnas kubu mana pun. Bukan persoalan nasionalisme, akan tetapi akan lebih indah jika pemain-pemain yang ada di tanah air segera ikut terlibat aktif dalam pembenahan dualisme-dualisme yang terjadi.
Penulis di sini menyayangkan pada sosok pemain senior yang katanya menjadi "panutan" yang beberapa waktu lalu membela timnas versi PSSI pada saat menghadapi Valencia namun keluar begitu saja lantaran alasan karena klub tak mengijinkan. Pemain bernasionalisme tinggi, tak takut akan di pecat oleh tim, bukan alasan karena mematuhi kontrak. Anda lebih bijak, jika besok turun jalan demonstrasi melakukan mogok massal.
Kengototan antar kubu sulit mencair, hati mereka membeku bukan lagi bak es batu, akan tetapi sudah membatu. Ayo pemain lakukan demonstrasi turun jalan. Kembalikan sepakbola ini pada rakyat.!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H