Mohon tunggu...
Lantang Sabang
Lantang Sabang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

jangan hanya diam carry on

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sumpah (Sampah) Pemuda "Sampai Mati"

29 Oktober 2014   03:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:21 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

TEPAT pada hari ini  Selasa, 28/10/2014 -    Masihkah kita mengenang hari itu,  86 tahun sudah   sumpah pemuda di kumandang kan oleh putra dan putri terbaik bangsa ini, dari sabang sampai marauke di seluruh  pelosok negeri ini sejak tgl 28/10/1928 . Tapi apalah arti  SUMPAH PEMUDA bagi kita  yang pada saat ini, apa bila kita melihat negeri ini setiap setiap menit, setiap waktu anak negeri kehilangan nyawanya  karena tersiksa  perpecahan yang memporak porandakan sendi sendi kehidupan  berbangsa  kegilan para anak negeri  membuat ulah yang tidak ada habis-habis nya di manakah arti kata " " mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia "" atau kah kita mewarisikan perpecahan  pada anak dan cucu kita ??

Semangat pemersatu bangsa  hilang entah kemana atau kah di perjual belikan para pemimpin bangsa ini pancasila sebagai lambang  negara  berubah merah dan sila-silanya di artikan semaunya  masih layakkah sang saka merah putih berkibar di pelosok negeri ini, sementara di berapa pulau  sudah  berkibar  bendera mewakili identitas masing masing  saling angkat senjata bergerak dan terus bergerak hanya menunggu waktu yang tepat .Dimana kah semangat 45 yang selalu kita wariskan,   semangat bung karno ketika berorasi selalu berkobar kobar menyampaikan pidatonya   menyatakan bahwa bangsa ini tidak boleh di tindak oleh bangsa lain, tetapi dia melupakan satu hal anak negeri yang manja ini lah menjajah bangsanya sendiri,   bukanya mengisi kemerdekaan dengan apa yang di amanatkan  pembangunan  merata  bagi segenap negeri tetapi mengisi deposito dan tabungan  untuk kesejahteraan anak dan keluarganya .

Kita hanya bisa menyaksikan anak-anak TK ribut di senayan bagi jatah kue,  para makelar hukum mencari pembeli yang penawaranya selangit agar bisa duduk tenang ketika  mereka mengambil jatah kue milik  anak bangsa yang tertindas tidak peduli siapa kamu,  penegak keamanan pun tidak kalah serunya saling berebut jatah agar dapat penghasilan luar, sogok sana sogok sini asal masuk .para akedimisi lebih hina lagi mencari kesempatan yang seharusnya mendidik anak negeri dengan semangat pengorbanan tetapi mereka lalai mendidik dengan baik tauran di mana mana kekerasan terjadi di sana sini dari SD sampai Perguruan Tinggi mereka hanya tersenyum ketika para paparazi meliput mereka ketika berbuat asusila .  para abdi negara  gila sana sini mencari sesuatu yg bisa rampas karena kemalasan dan tidak mau sakit. apa kah halal dan haram masih  berlaku di negeri ini ketika ketika mengatas namakan suatu keyakinan berbuat menyimpang demi kepentingan diri sendiri.

Semoga para LASKAR PELANGI dari berbagai negeri ini bermunculan dan memberi harapan baru untuk negeri ini bukan hanya  dalam film mereka nyata tetapi sungguh ada di negara yang kita cintai bersama  semoga semangat SUMPAH PEMUDA hari ini  bisa mengisprasi kita semua  dan berkerja keras agar harapan para pendiri bangsa ini dapat  terwujud dan mereka pun tersenyum tidak sia sia mereka berkorban jiwa dan raga untuk kita semua...mari bersama merestorasi kembali negara yang kita cintai agar menjadi tempat dan layak untuk kita tinggal tidak ada lagi perpecahan di setiap aspek kehidupan tidak ada lagi ormas yang berani menghakimi anak bangsa ini dan percaya penuh pada Lembaga  yang di percaya , semoga para orang pintar bersatu padu untuk membangun negara yang kita cintai ini ............................................................................................................................................................

.........................NKRI harga mati..............tidak ada negara di dalam negara ................................................................

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun