Mohon tunggu...
Lantang Sabang
Lantang Sabang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

jangan hanya diam carry on

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mercusuar Politik dari Tanah Seberang

2 Oktober 2014   19:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:38 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam minggu terakhir kita semua menyaksikan apa yang terjadi di senayan, semua mata menyaksikan pola dan intrik para wakil yang kita beri amanah kepercayaan yg tiada batas untuk menyuarakan isi hati kita , tapi paham dan fasis serta ideologi yang berbeda membuat senayan bagaikan pasar saham yang turun naik nilanya  serta para pelaku yang memerankan aktornya sungguh di luar batas logika kita orang awan ,,apa kah negeri ini simbiosis mutualisme atau simbiosis dualisme...patuh kita  cermati dan telaah para aktor & aktris serta sutadara di tanah negeri seberang,  negara ini akan jadi dan di bawa kemana ? punya mata tapi kabur pandangan punya telinga tapi tidak di pelihara punya mulut tapi bersiul...hati dan nurani masih terlupa di rumah atau hilang sama sekali ,ego dan ambisi menguasai  buram tapi jelas,  harta dan pangkat kabur tapi terlihat, burung garuda seperti burung perkutut merah putih hanya sandang pembalut kemana dengungan indonesia raya, sabang sampai marauke ,satu nusa satu bangsa, yang ada hanya maju tak gentar isinya di pelintir para elit di seberang sana dan bagaikan  panggung sandiwara setiap dewan memainkan peran masing2. lalu kamanakah rakyat ini meletakan nasibnya apakah di senayan atau di batu nisan yang sudah tersedia di hutang berkabut atau di bekas tambang yang sudah di gali oleh para perusahan untuk di jadikan kuburan masal , dentingan musik para penyanyi jalanan  hiburan nasib yang terpinggirkan, tangisan mereka hanya pengusir nyamuk di waktu malam hari. padahal mereka tahu rakyat bagaikan serigala yang siap melolong dan menyerang bila waktu tiba, senayan bagaikan lapangan bola para elit di jadi kan bola , UUD 45 bagaikan kitab suci yang harus dia angkat kembali nilainya pancasila di terbangkan ke seluruh negeri tidak peduli engkau dari mana latar belakangnya ....

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun