Kata Sabar memang bisa menjadi pengontrol diri dan dalam mengambil sebuah sikap ,baik itu pahit dan manis kenyatanya kita harus sabar. kadang kata sabar memang menjadi pembatas emosi dan akal sehat yang berkegejolak dalam diri setiap insan dalam dunia ini, terlepas dari itu apakah kita sebagai insan yang lemah mampu bertahan dengan kesabaran atau tidak itu tergantung dari pada tingkat pengendalian diri kita.
Sebelum berbicara lebih jauh pengalaman pribadi memang ampuh untuk di tulis dalam dan sekaligus kita menuangkan isi pikiran kita ketimbang kita emosional lebih baik kita sportif saja dan positif saja dalam menanalisa beberapa hal yang terjadi di sekitar kita.
Dalam keseharianya saya sering berkomunikasi dengan orang2 dan selalu berinteraksi langsung face to face , nah kadang kala saya juga sering mengunakan telekomunikasi untuk berhubungan baik menghubungi dan dihubungi , saya sendiri berkerja pada lembaga swasta yang memerlukan kegiatan interaksi intens .
Ketika jam kantor mulai berjalan dan memulai aktivitas kembali seperti biasa, 30 menit sebelumnya saya sudah duduk di runagan kerja sambil menyiapkan arsip dan dokument penting untuk memulai aktivitas siang, menjelang libur pergantian tahun seperti biasanya saya menghubungi salah satu lembaga keuangan yang cukup terkenal di kota kecamatan tempat aku bekerja ,dengan cepat saya menghubungi pimpinanya karena sudah terbiasa dengan informasi penting yang menyangkut kegiataan sehari2 menyangkut propesional seorang lembaga perbankan yang melayani dengan tulus jujur dan propesional sesuai mottonya , tetapi kebalikanya yang saya rasakan hari itu.dengan ramah saya menghubungi pimpinanya dan dengan niat yang baik mungkin ada perubahan beberapa hari kedepan tentang aktivitas perbankkan, tanpa basa basi dia langsung menutup telfon dia tidak jelas apa yang di sampaikan nya . dengan perasaan gunda dalam diri sambil mengumpat inikah zaman dunia perbankana mulai berubah perasaan ini tidak tahu apa yang akan di lakukan .
Dengan arsip dan dokument yang sudah tersedia di meja saya memulai aktivitas kembali dan coba menghubungi sekali lagi dan berharap ada kejelasanya keada seperti itu lagi dan lagi terulang.
Saya pun tersadar di sinilah kesabar itu di latih dan di coba berulang kali, apa kah mampu mengendalikan diri atau tidak?
Sepatu dan selayaknya lah kita menghargai rekan sabahat dan orang 2 yg kita kenal agar mereka merasa di hargai dan di hormati. walaupun sekedar basa basi dan senyuman itu sudah cukup . karena mereka tidka meminta lebih dari itu.
Sekian
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H