Mohon tunggu...
Lantang Sabang
Lantang Sabang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

jangan hanya diam carry on

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nyanyian anak Bangsa

21 April 2015   10:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:50 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14295872641259017922

Seribu riak sungai kapuas

membelah pulau borneo


Lantunan lagu pulau borneo terdengar seantereo indonesia begitu indah nada yang di nyanyikan dan begitu banyak memberi inspirasi di mana dalam syairnya termuat nilai edukasi, sosial budaya sampai kemanusiaan semua mengalir begitu saja.

semuanya berjalan apa adanya dan begutu saja ibarta sungai kapuas yang mengalir dari kapuas hulu sampai kota pontianak namun menyimpan sejuta mistery,

kehidupan masyarakatnya begitu terguncang tak kala tragedi 98,yang meletakan pondasi kehidupan pada persaingan ekonomi dan di picu nafsu yang ingin menguasai kehidupan tanah paree,neat( tanah nenek moyang) dan tak kala pemerintah dengan sejuta program yang sebagian gagal mengajak masyarakatnya berdikari baik secara ekonomi maupun secara budaya terasa melukai sebagian masyarakat kalbar.

pemerataan pembangunan pun seperti air kapuas yang banyak bermuara di pesisir selatan dan barat kalimantan secara tidak langsung pemerintah mengkotak kotak masyrakat ke dalam struktur piramid kehidupan, dan sebagian tanah paree,neant sudah di jadikan HTI dan di beri kan leluasa pada para investor untuk mengelola tanah nenek moyang mereka,

[caption id="attachment_411502" align="aligncenter" width="150" caption="memberi pelajaran walau sejuta kekurangan"][/caption]

pendidikan pun tak kalah miris hanya berbekal tamat sma namun semangat untuk berbagi ilmu tetap membara dan meyakini bahwa " memberi ilmu walau penuh sejuta kekurangan" di kota 2 besar sudah mengunakan komputer di pedalaman kalbar hanya bisa mengandalkan pensil dan buku saja.

borneo nasib mu bagaikan burung enggang cantik rupamu merdu suara mu namun engkau tetap di buru demi uang yang tak akan ada akhirnya ,

harapan dan asa hanya mimpi yang menjadi bunga tidur masyrakat pedalamanyang mendambakan pemerataan dan kesejahteraan yang layak, pemimpin datang silih berganti janji 2 dari mulut manis pun terucap, relasasi yang tiada berwujud pun lenyap setelah mereka pergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun