Mohon tunggu...
Dulcet Bynissa
Dulcet Bynissa Mohon Tunggu... Freelancer - seorang gadis berjuta mimpi

kita tidak usah jadi pengendali udara, pengendali air, atau pengendali api. kita cukup jadi pengendali hati. itu sudah cukup sakti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fatherless Children: Dampak dari Ayah yang Terlalu Sibuk Bekerja

20 Oktober 2019   13:57 Diperbarui: 20 Oktober 2019   14:03 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Para orang tua bekerja dan berlelah-lelah atas nama anaknya, padahal anak-anak kita kelelahan karena menunggu kesempatan untuk bermain bersama ayahnya. Mereka ingin berbincang dan bercanda, meski hanya sebentar saja."  M. fauzil Adhim, Pakar Parenting.

Fatherless Children dapat didefinisikan sebagai kondisi dimana anak yang tumbuh kembangnya tidak didampingi oleh ayahnya. Bukan hanya anak yatim saja yang mengalami kondisi seperti ini akan tetapi anak yang memiliki ayah yang super sibuk dapat mengalami kondisi seperti ini juga.

Ciri-ciri ayah yang seorang Fatherless Children:

  • Ayah yang tidak lengket dengan anaknya
  • Yaitu ayah yang menghabiskan sebagian besar waktunya dalam sehari untuk bekerja. Namun saat berada di rumah dimana alih-alih berkumpul dan berbincang dengan anaknya sang ayah lebih memilih untuk bermain dengan gadgetnya maupun itu handphone atau laptopnya. Meneruskan pekerjaan kantornya yang belum selesai. Menjadikan anak tidak dekat dengan sang ayah
  • Menganggap tugas ayah hanya mencari uang
  • Disini sang ayah berfikir bahwa tugasnya adalah hanya mencari uang dan materi. Dan mengesamping keperluan anak dalam mendapatkan pendidikan dari ayahnya. Sang ayah berfikir bahwa pendidikan anak sudahlah cukup dari ibu dan gurunya. Pemberian kasih sayang sudahlah cukup dari ibunya saja. Padahal figure ayah sangatlah penting untuk menjadi tauladan bagi anaknya.
  • Tidak mau tahu perkembangan anak
  • Sang ayah telah menyerahkan segala sesuatu yang terkait dengan perkembangan anaknya kepada ibunya. Walaupun sang ayah menganggap apa yang dilakukannya adalah benar dan merasa bahwa kasih sayang ibu sudahlah cukup
  • Pergi gelap pulang gelap
  • Seorang ayah yang sibuk biasanya akan berangkat bekerja lebih pagi dan tidak sempat untuk melihat anaknya berangkat sekolah. Padahal jika hal ini dilakukan setiapa hari dan berulang-ulang sang ayah sama saja tidak melihat bagaimana anaknya tumbuh dan berkembang. Anak akan merasa asing dengan ayahnya sendiri.
  • Kantor adalah dunianya
  • Saking terlalu sibuknya sang ayah dengan dunia kerja dan kantornya . sang ayah selalu pulang ke rumah dalam keadaan lelah dan wajah terlipat. Ketika sang anak senang melihat ayahnya pulang dari kantor dan berniat menegur dan mengajak anaknya bermain. Sanga anak malahan terkena damprat karena baginya rumah adalah tempatnya untuk menenangkan diri dan beristirahat.

Beberapa dampak yang dialami oleh anak dengan kondisi Fatherless Children:

  • Lebih agresif
  • Sebuah studi psikologi menunjukan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa ayah cenderung agresif dan cepat marah. Jangan bayangkan kemarahanyang dimaksud adalah jenis kemarahan yang teriak-teriak atau melakukan kekerasan. Kemarahan seorang anak bisa terlihat tenanng dan tidak dinampakkan. Kemarhan yang tenang ini justru adalah kemarahan yang wajib diwaspadai. Karena kemarahan ini seperti halnya monster yang telah lama dikurung dan sewaktu-waktu dapat pecah dan keluar. Kemarahan yang terlihat akan dapat dengan mudah dihadapi akan tetapi kemarahan yang terpendam akan menghasilkan rasa dendam dan sakit hati yang berkepanjangan. Bahkan kemarahan yang tak teratasi ini dapat berakibat fatal apalagi ketika anak ini memiliki keluarga.
  • Depresi
  • Remaja yang tumbuh tanpa ayah akan lebih rentan terhadap tekanan emosional. Amarah yang tak terpendam, merasa berbeda dari anak lain dan perasaan tidak dicintai akan memicu fatherless children hidup dalam tekanan dan kemudian mengalami depresi.
  • Percaya diri rendah 
  • Efek psikologis yang tumbuh dari anak yang tak didaampingi ayahnya dapat menyebabkna masalah harga diri. Anak-anak yang dibesarkan tanpa ayah akan cenderung memiliki sfat introvert Dan mereka tidak benar-benar membuka dirinya pada orang lain.
  • lebih mudah berfikiran tentang bunuh dirisalah satu statistic yang paling menakutkan adalah bahwa hamper 65% kasus bunuh diri terjadipada anak-anak yang tumbuh tanpa ayah. Tumbuh tanpa mengetahui ayahnya sendiri, tumbuh tanpa ayah yang selalu ada disisinya atau tumbuh bersama ayah yang melakuka kekerasan akan menghasilkan anak yang beresiko mengalami depresi. Depresi yang tak teratasi dapat memicu keinginan untuk mengakhiri hidup mereka.

Bagaimana menjadi ayah yang baik meskipun sibuk?

Untuk meminimalisir Fatherless Children. Sanga ayah harus dapat membagi waktu antar pekerjaan dan keluarga. Sesibuk apapun sang ayah hendaknya berusaha untuk meluangkan waktu untuk buah hati di rumah. Sang ayah bisa menyisihkan waktunya beberapa menit untuk sekedar mengobrol atau menanyakan kesulitan-kesulitan anaknya dalam pekerjaan sekolah atau hal-hal sederhana lainnya. Walaypun kecil dan sederhana akan tetapi akan membuat anak merasa diperhatikan dan dimenegerti oleh sang ayah.

Untung-untung jika sang ayah memiliki awaktu senggang lebih banyak. Sang ayah bisa mengajak seluruh anggota keluarga untuk menikmati liburan di luar rumah. Tak harus keluar rumah atau mengeluarkan banyak uang. Kita bisa sekedar mengajak anak untuk menanam Bunga di pekarangan rumah, memasak makanan special di dapur atau begotong royong memebersihkan beberapa bagian rumah yang kurang rapi. Hal-hal sederhana tersebut dapat membuat anak mersa dimengerti dan dekat dengan ayahnya. Jangan sampai komunikasi anak menjadi hambar dan kurang bermakna di mata anak.

Seorang ayah modern pasti paham cara membagi waktu antar kesibukan kerja dan kepentingan keluarga. Karir tetap cemerlang. Hubungan keluarga puntetap hangat dan menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun