Mohon tunggu...
Bastian Arisandi
Bastian Arisandi Mohon Tunggu... -

Manusia sederhana, tetapi memiliki jiwa kaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen

12 Oktober 2013   23:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:37 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kisah Cinta Berawal dari Perang Lagu
Sore itu terdengar suara musik sebuah lagu yang sangat memekakan telinga Esi. Ia pun terbangun mengucak matanya  sejenak dan kemudian mencari sumber suara musik yang memekakan telinga tadi. Esi mencari sumber suara ke berbagai penjuru desa itu. Mulai dari rumah paling ujung tidak ada suara apa-apa, rumah di samping kanan dan kiri juga tidak terdengar suara apa-apa. Mata Esi pun tertuju ke depan rumahnya. Dan betul saja ya sumber suara musik yang sangat keras tersebut adalah berasal dari depan rumah mereka.
Esi pun berkecamuk, ia kesal karena suara musik tadi membangunkan dari tidur siangnya.
“Sungguh tetangga yang tak bisa mengerti keadaan sesama” sungut Esi sambil menuju DVD player di sudut kamarnya.
“Rasakan ini jerit Esi!”.
Tak berapa lama kemudian suara lagu dari kamarnya mulai menghentakkan seluruh ruangan kamar. Tidak ada hanya itu suara lagu dari DVD playernya juga menghentak sampai ke rumah tetangga yang berada di depan rumahnya.
“Huh, rasakan pembalasanku”, teriak Esi.
Tak berapa lama kemudian muncul seorang pemuda melihat dari jendela kamarnya. Pemuda tersebut nampaknya mulai merasa terganggu dengan suara lagu dari rumah Esi. Ia memperhatikan sejenak lalu dengan tak mau kalah saing pemuda tersebut membesarkan volume suara musik dari rumahnya juga.
Sungguh sebuah perang suara musik yang sangat membingunkan!
Yanto ya Yanto nama pemuda tersebut memperdengarkan lagu-lagu hard rocknya, sedangkan Esi dengan lagu-lagu romantisnya. Perang terus berlanjut hingga beberapa waktu terlewatkan. Baik Yanto maupun Esi tidak ada yang mau mengalah dalam memperdengarkan suara lagu dari kamar mereka masing-masing.
Hingga tibalah waktu itu. Yanto kembali menyetel suara lagu-lagu hard rocknya dengan suara full hingga menggetarkan rumah-rumah lainnya. Apa yang terjadi? Dua buah lagu terlewatkan, tidak ada balasan dari kamar Esi. Empat lagu berselang dari kamar Esi pun masih tidak terdengar apa-apa. Yanto mulai merasa ada yang hilang. Diam-diam dia merindukan balasan lagu romantic yang sering diperdengarkan Esi.
“Ach bosan”, gumam Yanto.
Dengan segera ia pun mengecilkan volume suara DVD-nya dan tertegun sejenak memandang dari jendela kamarnya ke arah kamar Esi di seberang sana. Ia tidak melihat apa-apa. Tatapan matanya kosong.
“Esi kamu kemana? Kenapa baru sekarang kurindu suara alunan lagu dari kamarmu?” keluhnya.
Semenjak itu ada perubahan yang mencolok dari Yanto. Dari kamarnya tidak lagi terdengar lagu-lagu hard rock yang memekakan telingan namun mulai terdengar lagu-lagu romantis. Mulai dari lagu Adista, lagu Noah hingga lagu-lagu Westlife. Perubahan yang sangat signifikan.
Singkat cerita Yanto mulai jatuh cinta pada Esi. Ia terus mencari penyebab hilangnya Esi yang secara tiba-tiba itu. Setelah mencari dan terus mencari, rupanya Esi harus menjalani operasi di sebuah rumah sakit di Kota Cidayu. Yanto mulai gelisah, dalam benaknya ia tidak mau kehilangan seorang lawan beratnya dalam perang lagu. Ia merindukan Esi yang selalu mengoloknya dari jendela kamarnya. Yanto merindukan ekspresi-ekspresi yang ditunjukkan Esi ketika mereka sedang perang lagu.
Sungguh menyesakan dada!
Senja itu, Esi sedang bersantai di kamarnya. Setelah bangun dari tidur siangnya ia pun mulai merasa ada yang berbeda. Esi merasa kok tumben-tumbennya hingga sesenja ini tidak terdengar sedikitpun lagu hard rock dari depan rumahnya tepatnya dari kamar Yanto. Sejenak ia memandang dari kamarnya. Terlihat kamar Yanto sepi-sepi saja.
“Pemandangan yang indah”
“Aku menang”, gumam Esi.
Beberapa hari kemudian setiap Esi bangun tidur siang ia mulai merasa aneh. Ia merasa ada yang kurang. Ia merasa tak terdengar lagi lagu-lagu yang mengganggu dari seberang rumahnya. Ia merasa mulai kesepian. Ia merasa kecewa. Ada rasa inginnya untuk berperang lagu lagi melawan Yanto. Namun apa yang telah terjadi? Esi bingung. Esi merasa.
“Ke mana Yanto?”, keluhnya. “Aku merindukan hentakan lagu hard rock mu”, lanjutnya lagi. Sepi sungguh sepi!
Selang berlalu.
Sore itu, lantunan lagu “Hampa” dari Ari Lasso terdengar merdu di telinga Esi. Ia pun kebingungan dan terhenyak langsung mencari-cari arah suara lagu tersebut. “Siapa ya yang menghidupkan lagu kesayanganku ini” pikir Esi. Ia memandang keluar dan….
OMG! Itu berasal dari rumah Yanto! Esi pun terperanjat.
Ia kaget dan tertegun bagaikan tersentak dari lamunan beribu tahun. Indah sekali lantunan lagu itu. Tapi yang lebih mengharukan itu berasal dari kamar Yanto. “Ada apa gerangan”, seru Esi. Seakan tidak percaya ia melirik dari jendela kamarnya ke arah kamar Yanto. Apa yang terlihat di seberang sana! Itu tidak kalah mengharukan. Ya….
“KITA DAMAI”
Dua kata yang terlihat dari kaca jendela kamar Yanto sangat jelas terbaca oleh Esi. Hanya dua kata tapi penuh makna. Hanya dua kata tapi beribu cerita. Ya hanya dua kata dan semuanya akan berawal dari sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun